Mengapa mudah? Sebab kanker yang dipicu oleh keberadaan human papillomavirus ini dapat terdeteksi sejak dini. Sayangnya, cakupan skrining HPV di Indonesia masih belum sesuai target.
"Skrining cakupannya baru 30 persen dari target yang sebesar 50 persen," kata Prof Dr dr Andrijono, SpOG(K) dalam kuliah umum di Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia di Hotel Alila Solo, Selasa (9/8/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bedanya, IVA itu kan dikerjain sendiri. Hampir sama dengan papsmear. Kalo HPV diambil sampelnya lalu diperiksa di mesin," jelasnya ditemui usai memberikan kuliah.
Baca juga: Tak Ada Waktu Khusus, Dokter Ungkap Tes IVA Bisa Dilakukan Kapan Saja
Namun ia paling merekomendasikan tes HPV-DNA karena tingkat akurasinya yang tinggi, yaitu berkisar 94 persen. "HPV kan mesin yang periksa. Diambil DNA virusnya. Kalau DNA HPV-nya ketemu berarti ada kan, udah gak bisa dibantah lagi," urainya.
Lagipula WHO juga merekomendasikan tes ini. Kemudahan lain yang didapat pasien dengan menggunakan tes ini adalah pasien bisa mengambil sampel sendiri kemudian mengirimkannya ke laboratorium.
dr Andri menjamin ketiganya sudah bisa dijangkau masyarakat Indonesia. Hanya saja di lapangan masih terkendala dana.
"Makanya sekarang saya meng-endorse pemerintah supaya itu digunakan. Alasannya terlalu mahal. Ini sudah kita perjuangkan jadi harganya sama dengan papsmear 125ribu. Kalau di luaran kan masih 500an," lanjutnya.
Akan tetapi diakui dr Andri, tes ini baru bisa diperoleh di rumah sakit-rumah sakit seputaran DKI Jakarta.
"Nanti kita usulkan ke Dinkes Jakarta supaya diadopsi jadi program Jakarta. Tapi kalau daerah lain sudah mengupayakan, malah bagus," pungkasnya.
Baca juga: Menkes: Tak Pernah Berhubungan Seks, Bisakah Kanker Serviks Menyerang?
(lll/vit)











































