Memerangi infeksi bisa diibaratkan seperti sebuah peperangan. Untuk bisa menang dalam peretempuran, maka kuncinya adalah menangkap sang jenderal.
Demikian dianalogikan oleh Dr Michelle Wykes, seorang peneliti malaria dari QIMR Berghofer Medical Research Institute. Dalam penelitian terbarunya, ia menemukan 'jenderal' yang bisa menjadi kunci kemenangan dalam perang melawan infeksi malaria.
"Dalam sistem imun, ada sel-sel dendritik, yang adalah jenderal dari pasukan imun, dan ada sel-sel T yang adalah tentaranya. Sel-sel dendritik memerintah sel T untuk memerangi infeksi," katanya saat ditemui di Brisbane, Selasa (16/8/2016).
Saat seseorang terinfeksi malaria, ada protein tertentu pada sel-sel dendritik yang menyuruh sel-sel T untuk berhenti memerangi infeksi. Dr Wykes menemukan ada protein baru yang bisa mengubah mekanisme tersebut, sehingga sel-sel T tidak berhenti bekerja.
Protein tersebut dinamakan PD-L2. Dengan membuat versi sintetisnya, Dr Wykes membuktikan bahwa protein ini bisa menyelamatkan sang jenderal sehingga mekanisme pertahanan dengan sistem imun tetap bekerja dalam melawan infeksi malaria.
Baca juga: Peta Endemisitas Malaria di Lintasan Gerhana Matahari Total
Bahkan dalam percobaan dengan tikus, pemberian versi sintetis dari protein ini bisa membentuk kekebalan terhadap infeksi malaria hingga 5 bulan berikutnya. Sederhananya, protein ini memicu perlawanan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi.
Temuan yang baru saja dipublikasikan di jurnal Immunity ini membuka peluang pengembangan obat baru untuk malaria. Targetnya adalah menyelamatkan 'sang jenderal' dari serangan infeksi malaria, sehingga bisa memimpin dan kemudian menang dalam peperangan.
"Cabang ilmu pengetahuan, yang disebut imunoterapi, telah menunjukkan hasil positif untuk memerangi beberapa jenis kanker, dan kami beraharap ini akan sama suksesnya untuk mengobati malaria," jelas Dr Wykes.
Baca juga: Kebangkitan Kembali Malaria di Kulonprogo
(up/vit)
Demikian dianalogikan oleh Dr Michelle Wykes, seorang peneliti malaria dari QIMR Berghofer Medical Research Institute. Dalam penelitian terbarunya, ia menemukan 'jenderal' yang bisa menjadi kunci kemenangan dalam perang melawan infeksi malaria.
"Dalam sistem imun, ada sel-sel dendritik, yang adalah jenderal dari pasukan imun, dan ada sel-sel T yang adalah tentaranya. Sel-sel dendritik memerintah sel T untuk memerangi infeksi," katanya saat ditemui di Brisbane, Selasa (16/8/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Protein tersebut dinamakan PD-L2. Dengan membuat versi sintetisnya, Dr Wykes membuktikan bahwa protein ini bisa menyelamatkan sang jenderal sehingga mekanisme pertahanan dengan sistem imun tetap bekerja dalam melawan infeksi malaria.
Baca juga: Peta Endemisitas Malaria di Lintasan Gerhana Matahari Total
Bahkan dalam percobaan dengan tikus, pemberian versi sintetis dari protein ini bisa membentuk kekebalan terhadap infeksi malaria hingga 5 bulan berikutnya. Sederhananya, protein ini memicu perlawanan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi.
Temuan yang baru saja dipublikasikan di jurnal Immunity ini membuka peluang pengembangan obat baru untuk malaria. Targetnya adalah menyelamatkan 'sang jenderal' dari serangan infeksi malaria, sehingga bisa memimpin dan kemudian menang dalam peperangan.
"Cabang ilmu pengetahuan, yang disebut imunoterapi, telah menunjukkan hasil positif untuk memerangi beberapa jenis kanker, dan kami beraharap ini akan sama suksesnya untuk mengobati malaria," jelas Dr Wykes.
Baca juga: Kebangkitan Kembali Malaria di Kulonprogo











































