Dijelaskan Wulan Ayu Ramadhani, M. Psi, psikolog dari Klinik Rumah Hati, bentuk bullying pada orang dewasa biasanya lebih 'halus' dan karenanya sering kali tidak disadari bahwa apa yang dilakukan merupakan bullying.
"Misalnya nih kalau konteksnya di dunia kerja, selalu menolak untuk membantu tanpa alasan yang jelas, selalu mengkritisi pekerjaan meskipun sudah melakukan pekerjaan dengan baik serta memanfaatkan orang yang tidak bisa menolak dengan memberinya banyak pekerjaan," ujar Wulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alasan perilaku tersebut tidak jauh berbeda dengan hal yang mendasari bullying pada anak-anak," imbuhnya.
Baca juga: Bisa Jadi Bullying, Sebaiknya Hindari Candaan Fisik
Ilustrasi depresi karena di-bully (Foto: Thinkstock) |
"Pada kasus ekstrem bahkan dari mereka membutuhkan terapi yang cukup panjang," tambahnya.
Di saat yang bersamaan, yang bersangkutan juga perlu mengambangkan sikap asertif, sehingga berani untuk mengungkapkan apa yang dirasakan atau yang dipikirkan dengan cara yang baik. Dengan demikian orang tersebut tidak selalu 'mengiyakan' semua perilaku yang dia hadapi.
"Misalnya,belajar untuk mengatakan 'tidak' ketika sudah mengetahui bahwa pemberian pekerjaan tersebut dilakukan karena memanfaatkan kelemahan kita untuk berkata 'tidak'," saran Wulan.
Hal lain yang bisa dilakukan, lanjut Wulan, adalah berbicara dengan orang yang dapat dipercaya di tempat kerja. Orang yang diajak bicara itu sebaiknya juga yang memiliki posisi untuk membantu mencari penyelesaian permasalahan yang dihadapi sesuai dengan aturan organisasi.
"Sekarang sudah mulai ada beberapa perusahaan yang menyikapi perilaku bullying dengan cukup serius kok. Jadi, selain pindah atau tidak pindah kerja, tetap lakukan hal-hal yang bisa memotong rantai bullying di tempat kerja juga perlu dilakukan," ucap perempuan yang mengasuh konsultasi psikologi seks dan perkawinan di detikHealth ini.
Baca juga: Tak Hanya Ucapan, Ekspresi Muka Tertentu Bisa Jadi Bentuk Bullying
(vit/vit)












































Ilustrasi depresi karena di-bully (Foto: Thinkstock)