Seperti yang pernah dialami oleh Nur Yanayirah (29) atau akrab disapa Yana. Wanita yang berdomisili di Tangerang ini mengalami trauma karena anak pertamanya gugur dalam kandungan di tahun 2011. Pengalaman itu pun membuatnya mengalami depresi pasca melahirkan anak keduanya.
"Anak saya meninggal dalam kandungan pada usia 26 minggu. Kata dokter karena ada kelainan genetik. Tapi karena menghormati keluarga tidak diautopsi jadi tidak tahu pasti sebabnya apa. Saya mengalami rasa sedih luar biasa karena kita kan sudah menunggu 3 sampai 4 tahun baru hamil lalu harus kehilangan. Merupakan pukulan terberat," kata Yana ketika ditemui dalam seminar Indonesia Rare Disorders di Restorana Gokana, Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (27/8/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pandangan masyarakat terhadap caesar yang bilang belum sempurna, belum merasakan menjadi ibu seperti apa membuat saya ngerasa sakit. Seperti sebuah kegagalan," ujar Yana.
Baca juga: Aplikasi Ini Bisa Bantu Ibu Hamil dan Melahirkan Terhindar dari Depresi
"Karena ada intervensi dari rumah sakit juga, anak saya diberi susu formula jadi bingung puting. Saya tambah bingung lagi karena ASI jadi nggak lancar dan membuat menyusui jadi pengalaman yang sulit ditambah keluarga sangat mengagumi susu formula. Jadi dukungan untuk menyusui kurang," sambungnya saat mengaku merasa makin gagal jadi seorang ibu.
Tekanan terus menumpuk dan kesehatan mental Yana terus menurun. Insomnia, rasa sedih, putus asa, mudah tersinggung, dan pesimis semua dirasakannya.
Hingga pada tahun 2013 kondisi Depresi Yana mencapai puncaknya dan ia mencoba mengakhiri hidup dengan meminum cairan pembersih lantai. Beruntung, sang suami yang selalu memberikan dukungan siaga untuk menolong.
"Saya lihat suami saya, saya lihat anak saya dari situ saya baru sadar dan saya ingin bisa sembuh. Kurang lebih dua tahun pergi ke komunitas ikut terapi psikolog baru akhirnya saya sudah mulai bisa jalan-jalan, ngobrol sama tetangga, ikatan dengan anak kuat," kata Yana.
Kini Yana mengaku dirinya sudah bisa mensyukuri hidup dan menikmati perannya sebagai ibu. Berangkat dari pengalaman mengalami depresi pasca melahirkan, dirinya mendirikan komunitas Mother's Hope dengan tujuan membantu ibu lain yang pernah mengalami kondisi serupa.
Baca juga: Studi: Depresi Turunkan Peluang Wanita untuk Bisa Hamil
(fds/rdn)











































