Ditemui dalam pertemuan Indonesia Rare Disorders (IRD) di Jakarta, Habibie bercerita ia telah merampungkan buku keduanya 'Sekarang atau Keburu Mati' dan kini tengah merintis usaha fashion online. Semua itu bisa dicapai berkat dukungan dari orang sekitar terutama orang tua meski dirinya kini hanya bisa menggerakkan mulut dan satu jari saja.
"Yang lama buku pertama aku bikin 2009, kalau yang ini 2016 baru bulan Maret kemarin. Kalau yang pertama karena usia aku juga masih 20 tahunan isinya pengalaman hidup waktu kecil ditolak sekolah, dibuli kanan kiri, lebih ke keluh kesah curhatan sih. Buku yang sekarang lebih ke pengalaman hidup kenapa masih bisa hidup dan bagaimana menyikapi kalau divonis umur sekian," kata Habibie kepada detikHealth dan ditulis pada Selasa (30/8/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dirinya kecil Habibie sempat divonis kecil kemungkinannya untuk hidup lebih lama dari 20 tahun. Hal ini berdasarkan perjalanan penyakit penyandang Muscular Dytrophy yang perlahan akan kehilangan kekuatan otot mulai dari tubuh bagian bawah lalu menjalar hingga atas menimbulkan kelumpuhan.
Pada akhirnya otot pernapasan akan ikut terpengaruh dan penyandang akan mulai kehilangan kemampuannya untuk mengontrol napas. Habibie sendiri mengakui beberapa temannya dengan kondisi serupa meninggal di usia 17-18 tahun.
"Keterbatasan dengan deadline, kalau orang divonis seperti itu ada dua kemungkinan pertama dia akan makin drop atau kedua dia makin bangkit," ujar Habibie.
"Kita hidup memang hidup terbatas jadi bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu yang ada berbuat baik mencari prestasi mengejar impian. Selagi muda ada tenaga ada umur kejar lah semua impian itu, jangan pernah berpikir keterbatasan akan membatasi mimpi kita," pungkas Habibie.
Baca juga: Habibie Afsyah, Penyandang Difabel yang Sukses Jadi Pengusaha Bergaji Dolar (fds/vit)











































