Diungkapkan psikolog pendidikan dari TigaGenerasi, Rafika Ariani, Mpsi, Psikolog, anak bisa saja merasa ogah-ogahan saat diajari sesuatu. Namun, orang tua perlu melihat lagi apa yang membuat anak ogah-ogahan. Misalnya saja memang dia sedang tidak enak badan atau hanya bosan saja.
"Jangan sampai ketika anak mempelajari sesuatu terus dia nggak suka, ditinggalin begitu aja, didiamkan. Jangan tanamkan seperti itu," kata wanita yang akrab disapa Fika ini saat berbincang dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sst! Ini Rahasia Agar si Kecil Tak Jadi Anak yang Minder
Pada prinsipnya, jangan memaksa balita untuk mempelajari sesuatu. Nah, Fika juga menekankan untuk tak memaksa anak ketika ia gagal. Patut dibedakan ketika anak hanya ogah-ogahan dan anak gagal. Kegagalan yang dialami anak ditunjukkan dengan ciri ketika ia diminta melakukan sesuatu, ia tidak bisa. Tidak hanya sekali, tetapi berulang-ulang.
"Misalkan anak diajari ini kucing yang sedang lapar. Kalau dia diminta mengulang terus cuma bilang ini kucing, artinya dia mudeng, bisa paham. Tapi kalau dia nggak mudeng, dia malah bilang ini orang, berarti dia belum bisa membedakan. Sehingga, perlu latihan lagi dan latihannya dilakukan perlahan-lahan," pungkas Fika.
Ketika sudah gagal tapi anak terus dipaksa belajar, Fika mengatakan efek yang bisa terjadi yakni anak akan merasa tidak percaya diri. Sehingga, ke depannya ia bisa mudah merasa minder dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki.
Baca juga: Boys Don't Cry, Benarkah Anak Lelaki Tak Boleh Menangis?
(rdn/vit)











































