Dengan melihat data dari 104 studi yang melibatkan 9 juta pasien, pemimpin studi dr Ayodele Odutayo menghitung berapa kira-kira AF meningkatkan risiko untuk kondisi tersebut dibandingkan populasi umumnya. Hasilnya yang dipublikasi di jurnal The BMJ menemukan bahwa risiko stroke iskemik bisa meningkat 2,3 kali lipat, gagal jantung lima kali lipat, kematian akibat penyakit jantung dua kali lipat, penyakit ginjal 1,6 kali lipat, dan terakhir serangan jantung mendadak 1,9 kali lipat.
Namun menurut dr Ayodele studi tak bisa menjelaskan apakah memang AF ini menjadi penyebab langsung. Kemungkinan besar adalah tekanan darah tinggi yang biasanya menjadi penyerta yang mendorong peningkatan risiko kondisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Ayodele mengatakan studi pada intinya memberi saran bahwa dokter ketika menerima pasien dengan AF harus siap melakukan intervensi untuk berbagai kondisi tidak hanya untuk stroke saja.
"Intervensi yang ditujukan pada upaya mengurangi risiko kondisi selain dari stroke diperlukan pada pasien dengan atrial fibrilasi," kata dr Ayodele seperti dikutip dari The BMJ, Selasa (13/9/2016).
Dr dr Sunanto, SpJP, dalam seminar kesehatan di Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang, menuturkan AF sendiri adalah gangguan irama listrik pada jantung yang tidak teratur. Umumnya terjadi karena usia lanjut dan darah tinggi.
Pada jantung serambi kiri yang menyebabkan gerakan yang tidak teratur atau hanya bergetar. Akibatnya darah pada jantung tidak bersirkulasi dengan baik dan menjadi beku.
"Untuk mendeteksi FA dapat dilakukan melalui pemeriksaan dengan mesin elektrokardiografi (EKG) yang memiliki keakuratan hingga 80 persen atau dengan cara sederhana yaitu meraba denyut nadi apakah detak nadi teratur atau tidak," jelas dr Sunanto.
Baca juga: Stroke Akibat Degup Jantung Tak Teratur Rentan Sebabkan Kematian
(fds/up)











































