Penting untuk memahami gejala kemunculan demensia dan melakukan deteksi dini karena meski tak bisa diobati namun perjalannya bisa diperlambat. Apabila penyakit baru diketahui pada tahap lanjut maka artinya sudah sedikit hal yang bisa dilakukan untuk membantu memperbaiki kualitas hidup pasien.
Direktur Eksekutif Alzheimer's Indonesia (ALZI) Dian Purnomo menjelaskan contoh apa saja yang patut diwaspadai sebagai gejala awal misalnya saja mulai sering lupa. Ada perbedaan antara lupanya orang biasa dengan lupa orang demensia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau lupa ciri-cirinya 'oh saya taruh apa di mana' nanti masih bisa ingat lagi itu bukan alzheimer. Tapi kalau dia umpamanya mau mampir ke kantor pos kirim sesuatu, sampai rumah dilihat suratnya masih ada terus mikir 'hah ini kenapa ya ada di tas?' Benar-benar susah mengumpulkan memori lagi itu tandanya kita sudah perlu ke dokter," lanjut Dian.
Baca juga: Pasien Demensia Diprediksi Meningkat 87 Persen, Perlu Pelatihan Caregiver
Bila dibiarkan kasus penyakit ini bisa semakin parah tidak hanya lupa terhadap suatu objek. Pada tingkat yang lebih tinggi bisa saja seseorang sampai kesulitan menelan karena dia sudah lupa bagaimana cara mengunyah yang sebetulnya hal dasar.
Oleh sebab itu sebelum parah seorang caregiver yang biasanya masih keluarga harus waspada. Bila perlu bujuk pasien untuk mau melakukan deteksi dini karena menurut Dian orangnya sendiri bisa tidak sadar dan menolak karena tak mau dianggap sakit.
"Makanya kita kampanye sama yang muda-muda nih karena yang tua kalau sudah kena biasanya dia akan denial 'siapa yang pikun? Nggak ada'. Jadi yang muda harus lebih aware," kata Dian.
"Suka menuduh orang nyuri, lupa tanda tangannya sendiri, atau barang-barang sering hilang. Nah biasanya yang sudah seperti itu baru ke dokter dan ketahuan," pungkasnya.
Baca juga: Pasukan Ungu Ini Siap Wujudkan Jakarta Kota Ramah Lansia (fds/vit)











































