Trauma di Masa Kecil Bisa Bikin Seseorang Lebih Cepat Tua

Trauma di Masa Kecil Bisa Bikin Seseorang Lebih Cepat Tua

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Rabu, 05 Okt 2016 09:36 WIB
Trauma di Masa Kecil Bisa Bikin Seseorang Lebih Cepat Tua
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Justru karena seorang anak berada dalam keadaan yang masih polos, ia rawan mengalami trauma. Dan bila benar seorang anak mengalami trauma, hal ini akan berpengaruh pada kesehatannya, bahkan hingga dewasa.

Sebuah studi yang dilakukan peneliti dari University of British Columbia, Vancouver menemukan trauma di masa kecil dapat mempercepat penuaan sel pada tubuh seseorang. Stres diketahui dapat memperpendek telomere, bagian paling ujung dari kromosom manusia yang seringkali dijadikan indikator panjang pendeknya harapan hidup seseorang.

"Karena stres yang dialaminya semasa kecil, telomere ini memendek sejak saat itu. Begitu sudah dewasa, dampaknya baru terlihat seperti risiko penyakit dan kematian dini," ungkap peneliti, Eli Puterman seperti dilaporkan CBS News.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini menarik, sebab peneliti juga mempertimbangkan berbagai faktor risiko seperti usia, berat badan, kebiasaan merokok, dan rekam medis. Akan tetapi ketika digali lebih dalam, yang memunculkan risiko penyakit pada partisipan adalah kejadian trauma di masa kecil mereka, bukan kebiasaan tak sehatnya di kemudian hari.

Baca juga: Kekerasan di Masa Kecil Salah Satu Faktor Risiko Bipolar Anak Saat Dewasa

Dari hasil pengamatan yang dilakukan Puterman dan timnya terhadap sampel DNA dari air liur 4.598 responden berusia 50 tahun ke atas, ditemukan bahwa setiap kejadian yang memicu stres di masa kecil dapat meningkatkan risiko pemendekan telomere hingga 11 persen.

Studi yang sama juga mengungkap, kejadian yang tergolong dapat memicu stres menurut partisipan di antaranya penyalahgunaan obat atau alkohol oleh orang tua (yang biasanya berdampak langsung pada pola asuh), kekerasan fisik, permasalahan dengan hukum, tinggal kelas atau kesulitan finansial dalam keluarga.

"Namun bila dibandingkan, stresor yang berdampak pada psikis atau dari hubungan sosial memberikan efek yang lebih besar ketimbang finansial," timpal Puterman.

Meski demikian, menurut Puterman, risiko percepatan penuaan selular bersifat relatif atau tidak terjadi pada setiap orang yang pernah merasakan trauma di masa kecil. "Jadi bukannya tiap stres langsung mengalami pemendekan telomere, tetapi ada peningkatan risiko," imbuh direktur Fitness, Aging & Stress Lab, University of British Columbia tersebut.

Puterman menduga hormon stres yang dilepaskan saat seseorang mengalami trauma bisa saja mengganggu sistem kekebalannya sendiri, apalagi jika terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Studi-studi sebelumnya juga mengungkapkan, pemendekan telomere erat kaitannya dengan risiko penyakit jantung, paru, diabetes, Alzheimer dan beberapa jenis kanker.

Baca juga: Studi: Kerap Stres Saat Anak-anak, Berisiko Gemuk Ketika Dewasa (lll/vit)

Berita Terkait