Saat si Kecil Berkata Tidak Punya Teman, Apa yang Orang Tua Rasakan?

Saat si Kecil Berkata Tidak Punya Teman, Apa yang Orang Tua Rasakan?

Nurvita Indarini - detikHealth
Rabu, 05 Okt 2016 20:00 WIB
Saat si Kecil Berkata Tidak Punya Teman, Apa yang Orang Tua Rasakan?
Surat yang ditulis Christopher/Foto: Facebook/ Bob Cornelius
Jakarta - Ada di antara banyak orang tapi merasa sendiri dan tidak punya teman. Hmm, sedih ya membayangkannya? Bagaimana jika hal ini dirasakan si kecil?

Bob Cornelius menemukan kertas tugas milik anaknya, Christopher, yang duduk di kelas 6 SD. Christopher adalah anak dengan autisme. Dalam kertas tersebut, Christopher harus menjawab beberapa pertanyaan misalnya apa makanan favoritnya, apa olahraga favoritnya, apa lagu favoritnya, hingga apa cita-citanya saat dewasa kelak.

Namun ada satu hal yang mengusik benak Bob. Ketika ada pertanyaan tentang beberapa nama temannya, Christopher menjawab: tidak ada.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bob lantas memfoto kertas berisi jawaban Christopher itu dan mengunggahnya di Facebook. Dalam caption foto, Bob mengatakan dengan memposting foto itu, orang tua mungkin bisa memulai percakapan tentang empati dan rasa pengertian dengan anak-anaknya.

Menurut Bob, jika ada seseorang yang berbeda dari yang lain, sebenarnya bukan alasan untuk tidak melibatkan seseorang itu dalam aneka kegiatan. Kata dia inilah yang terjadi pada Christopher. Meski sepengetahuan Bob selama ini tidak ada teman sekelas Christopher yang terang-terangan berlaku jahat pada anaknya.

"Apa yang telah mereka lakukan, pada tingkat tertentu, adalah mengecualikan dia," kata Bob di laman Facebook-nya.

Bob mencoba untuk mengerti. Karena Christopher tidak bisa terlibat dalam kegiatan anak-anak lain dengan cara yang 'seharusnya' membuatnya jadi ditinggalkan dan tidak dilibatkan oleh teman-temannya. Itulah makanya ketika diminta menyebutkan nama teman-temannya, Christopher sama sekali tidak bisa menyebutkan nama satu pun temannya.

"Saya mengenal dia dengan baik dan karena saya tahu bagaimana menangani dirinya lantaran sudah 11 tahun membesarkan dia, saya tahu hal ini membuat dia merasa kesepian dan sedih," imbuh Bob.

Bob menambahkan sangat jelas Christopher ingin masuk dan menjadi bagian dari kelompok teman-temannya di sekolah. Tapi ada tantangan bahwa sulit bagi teman-temannya untuk memasukkan Christopher.

"Tolong beri tahu anak-anak Anda bahwa anak-anak berkebutuhan khusus sangat memahami jika kita menghargai mereka. Mereka tahu jika dikucilkan," lanjut Bob.

Bob menyampaikan anak-anak berkebutuhan khusus juga tahu ketika ada yang mengejek di belakangnya. Bahkan tidak jarang ada yang mengejek terang-terangan di depan si anak itu karena beranggapan yang bersangkutan 'berbeda' sehingga tidak bisa mengerti dan memahami. Padahal hal itu jelas-jelas melukai perasaan mereka.

Foto yang diunggah Bob telah dibagikan lebih dari 53.000 kali. Puluhan komentar juga mampir di kolom komentar.

Baca juga: Tingkat Empati Seseorang Dipengaruhi Gen

Nita, seorang ibu beranak dua, mengatakan juga akan merasa sedih jika tahu anaknya tidak punya teman. Jika anaknya mengaku tidak punya teman, Nita akan memberi pengertian pada anaknya tentang pentingnya sosialisasi dan berteman. Salah satu cara yang dilakukan dengan membawa anak ke tempat bermain yang bisa membuatnya bertemu banyak anak-anak lain.

"Tapi kalau masalahnya anak saya dijauhi teman-temannya karena suka iseng atau suka mengganggu, tentu akan saya beri tahu dia kalau kebiasaannya itu akan membuat dia dijauhi teman-temannya," ucap Nita.

Aris, pembaca detikHealth lainnya, mengatakan anak usia sekolah sudah memahami konsep sedih dan perasaan tersisih karena dikucilkan dan direndahkan. "Jika ini yang membuat anak saya merasa tidak punya teman, saya akan cari tahu lebih dalam lagi kenapa dia bilang begitu. Bisa jadi karena dia tertekan," ujar Aris.

Terkait empati anak, peneliti di University of York menemukan kemampuan ibu mendengarkan atau lebih peka terhadap pikiran serta perasaan buah hatinya sejak dini membantu anak untuk belajar empati pada kehidupan orang lain. Dalam laporannya di British Journal of Developmental Psychology, peneliti menekankan peran orang dewasa untuk lebih peka terhadap pikiran dan perasaan anak bisa membantu perkembangan sosial anak kelak. Sehingga, anak bisa lebih memahami pikiran atau perasaan orang lain.

Baca juga: Kepekaan Ortu pada Anak Bikin si Kecil Lebih Berempati pada Orang Lain (vit/rdn)

Berita Terkait