Penyebab Anak Justru Lebih 'Galak' Saat Dinasihati Orang Tua Atau Gurunya

Penyebab Anak Justru Lebih 'Galak' Saat Dinasihati Orang Tua Atau Gurunya

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Jumat, 21 Okt 2016 14:31 WIB
Penyebab Anak Justru Lebih Galak Saat Dinasihati Orang Tua Atau Gurunya
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Anak hendak dinasihati, sebut saja oleh gurunya. Tapi yang terjadi, ia cenderung melawan dan malah lebih galak ketimbang gurunya. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Menurut psikolog anak dari Tiga Generasi Mayang Gita Mardian, MPSi, Psikolog, perlu diingat bahwa banyak hal yang bisa membentuk perilaku anak. Salah satunya adalah temperamen si anak yang diwariskan atau dengan kata lain, sudah 'bawaan' sejak lahir.

"Temperamen itu yang membentuk kita jadi kayak sekarang, nggak bisa diubah, tapi bisa disesuaikan sehingga kita bisa beradaptasi," kata Mayang saat berbincang dengan detikHealth, Jumat (21/10/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, lingkungan juga berpengaruh pada perilaku anak. Terutama keluarga termasuk di dalamnya bagaimana pengasuhan orang tua. Disebutkan Mayang, proses pendisiplinan anak, penanaman moral pada orang yang lebih tua, sikap menghormati dan menyayangi termasuk pada mereka yang lebih muda, juga berpengaruh pada perilaku anak.

Dengan kata lain, apa pengajaran atau yang dilakukan orang tua pastinya akan dicontoh oleh anak. Mayang mengatakan, bisa saja si anak memiliki temperamen yang easy di mana anak lebih mudah beradaptasi atau menerima perubahan. Sehingga, ia bisa menganggap gurunya adalah teman.

Baca juga: Saat Anak Adukan Apa yang Dialami di Sekolah, Begini Baiknya Ortu Bersikap

"Tapi, karena tidak diajari disiplin dan nilai moral yang tepat, anak bisa jadi nggak tahu arahnya gimana dia harus respect sama orang yang lebih tua," tutur Mayang.

Atau, perlu juga ditilik bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh guru ketika menasihati sang murid. Jika guru terlalu 'longgar' dalam aturan dan cenderung menghindari konflik pada perilaku anak yang jelas tidak bisa ditolerir, anak bisa saja merasa yang ia lakukan baik-baik saja dan dapat diterima. Lalu, bukan tak mungkin anak akan mengulanginya.

"Padahal dalam positif disiplin kita harus men-setting rules, harus tegas. Tapi tidak memakai kekerasan. Kalau di kelas misalnya, anak bertingkah ya langsung ditegur, katakan bahwa di kelas si guru ada aturan yang mesti dipatuhi," tutur Mayang.

Terkait cara anak dalam menyelesaikan masalah, beberapa waktu lalu psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psikolog mengatakan meski tidak selalu berkaitan, pola asuh orang tua dan lingkungan juga turut berperan. Pola asuh yang cenderung menggunakan kekerasan saat menegur anak atau yang terlalu otoriter juga bisa menjadi contoh bagi anak.

"Kemudian anak yang bergaul dengan teman yang memang cenderung suka berlaku kasar lambat laun akan terpengaruh," kata wanita yang akrab disapa Nina ini.

Baca juga: Kekerasan Mental pada Anak-anak Bahayanya Seperti Kekerasan Fisik

(rdn/up)

Berita Terkait