"Saya penderita hemofilia B, terdeteksi saat berusia 13 bulan. Sekarang umur saya 40 tahun, jadi sekitar hampir 40 tahun inilah saya menerima donor darah," tutur Yusnidar Patah, pasien hemofilia, kepada detikHealth di sela-sela pemberian penghargaan kepada 230 donor darah sukarela 75 kali di Gedung PMI, Jl Kramat Raya, Jakarta, Sabtu (29/10/2016).
Dituturkan pria yang akrab disapa Yus ini, tiap bulan dia harus menjalani transfusi darah, minimal 800 cc fresh frozen plasma (FFP). "Itu sekitar 5-6 kantong, berarti berasal dari 6 orang," imbuh pria yang bekerja di bagian SDM salah satu rumah sakit di Jakarta ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa jari tangan Yus agak bengkok, kata dia, itu dampak dari terlalu sering bengkak akibat hemofilianya. Bahkan sekarang untuk berjalan, Yus harus menggunakan bantuan satu tongkat.
"Ini sudah mending, dulu saya sempat di kursi roda. Lalu pelan-pelan bisa pakai dua tongkat. Sekarang kalau cuma jalan kecil, saya bisa sih nggak pakai tongkat," lanjut pria asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini.
Baca juga: Mengenal Hemofilia Lewat Donor Darah
Untunglah ada Teti, sang istri yang sudah 10 tahun ini setia menemani Yus. Bahkan ketika Yus harus menggunakan kursi roda ke kantor, istrinya pun ikut menemani. "Kalau saya nggak ikut nanti suami saya mau ke kamar kecil, kesusahan," ucap Teti di kesempatan yang sama.
Yus dan istrinya (Foto: Nurvita Indarini) |
"Dari situlah saya di-suspect kena hemofilia. Saya itu 12 bersaudara, 5 kakak laki-laki saya meninggal diduga karena hemofilia. Cuma dulu kan nggak tahu karena keterbatasan informasi. Keponakan saya juga satu meninggal karena hemofilia," sambungnya.
Sepanjang hidupnya, Yus harus berdamai dengan penyakitnya. Beberapa kali dia mengalami pendarahan. Paling sering di gusi dan daerah mulut. Namun pernah juga dia mendapati darah di feses, urine, bahkan di sperma.
"Yang susah tertolong itu kalau pendarahannya di kepala dan di dalam perut," lanjut pria yang bergabung dengan Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia ini.
Hidup adalah anugerah besar yang harus disyukuri. Yus dan istrinya pun menerima kondisi itu dengan hati yang besar. Selain rutin transfusi, sebagai pasien hemofilia, Yus diwanti-wanti agar menghindarkan diri dari benturan dan benda tajam. Untuk olahraga, yang dianjurkan adalah berenang karena bisa memperkuat otot sehingga mengurangi pendarahan.
Semangat Yus!
Baca juga: Lika-liku Kehidupan Gunarso, 42 Tahun Hidup Menyandang Hemofilia (vit/ajg)












































Yus dan istrinya (Foto: Nurvita Indarini)