Psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi mengungkapkan, saat anak bohong dan orang tua mengetahuinya, sebaiknya orang tua tidak mengatakan 'kamu bohong ya!'. Lalu, bagaimana respons yang tepat?
"Respons kita adalah katakan oke, apa sih yang mau kamu ceritakan? Misalnya anak menyembunyikan sesuatu, kita tanya kenapa kamu menyembunyikan itu. Jadi dia harus cerita kenapa dia menyembunyikan itu," kata Ratih saat berbincang dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ratih, jika seperti itu maka anak menyembunyikan nilai, bukan bohong yang ia lakukan. Memang, wajar jika anak takut dimarahi atau dianggap jelek ketika mendapat nilai yang tidak memuaskan.
Baca juga: Studi: Sering Dihukum Saat Berbohong, Anak Justru Makin Tidak Jujur
"Nah, yang perlu kita lakukan adalah support anak bahwa oke kalau nilai kamu jelek mungkin kamu kurang belajar. Nggak apa-apa, terima saja. Jadi ajak anak belajar terima kenyataan dan pastinya memperbaiki nilainya," kata pemilik akun twitter @ratihyepe ini.
Wanita berkerudung ini mengatakan, bohong memang akan muncul di fase usia tertentu yakni 6 sampai 8, bahkan 10 tahun dan ini disebut dengan kids lying. Ratih menegaskan, kids lying bukan sesuatu yang bersifat kebiasaan. Kids lying dilakukan anak dalam situasi mendesak dan takut dimarahi, ditambah kemampuan problem solving-nya belum berkembang sesuai usianya.
"Kids lying adalah situasi di mana anak menyembunyikan fakta untuk menyelamatkan dirinya," ujar Ratih.
Ia menambahkan, bohong yang dilakukan anak bisa dipengaruhi respons orang tua di antaranya orang tua yang galak, langsung marah dan langsung menghakimi anak. Karena anak takut menerima kenyataan orang tuanya akan marah-marah, maka ia lebih memilih berbohong.
"Makanya ketika anak tertangkap basah berbohong atau melakukan sesuatu, terima dulu apa yang dia lakukan supaya anak merasa dia bisa cerita yang sebenarnya sama orang tuanya tanpa takut dimarahi. Kemudian, baru kasih konsekuensi dari apa yang dia lakukan," kata Ratih.
Baca juga: Saat Anak Punya Teman Khayalan, Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua?
(rdn/vit)











































