Dilaporkan dalam The New England Journal of Medicine wanita berusia 18 tahun tersebut diketahui terkena infeksi fungi Trichophyton concentricum. Karena tinggal di tempat yang terisolasi, selama tiga tahun sang wanita mendiamkan kondisinya hingga sekitar 70 persen tubuh tertutup oleh ruam.
Dermatolog dr Carrick Burns dari Naval Hospital Yokosuka selaku penulis laporan mengatakan yang menarik adalah ruam muncul berpola seperti cincin melingkar-lingkar. Menurutnya ketika infeksi sudah berlangsung parah seperti kasus sang wanita, maka besar kemungkinan untuk kulit terluka dan jadi jalan masuk bakteri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasien kami obati dengan griseofulvin untuk menghilangkan infeksi aktif dan dengan larutan cuka untuk mencegah kekambuhan. Sayangnya kami tidak bisa mengikuti perkembangan pasien karena dia tinggal di lokasi terpencil," kata dr Burn seperti dikutip dari New England Journal of Medicine, Jumat (9/12/2016).
Cuka dipakai karena memiliki sifat antimikroba yang cukup efektif untuk melawan infeksi bakteri dan fungi. Selain itu di tempat yang terpencil akses untuk mendapatkan cuka kemungkinan lebih mudah dibandingkan mencari obat krim kulit lainnya.
Infeksi fungi Trichophyton concentricum sendiri dijelaskan oleh dr Burns adalah kasus langka. Hal ini karena fungi umumnya hanya ditemukan di daerah seperti Pasifik Selatan dan Amerika Tengah.
Baca juga: Bisakah Ragi dari Infeksi Jamur Miss V Digunakan untuk Membuat Roti? (fds/vit)











































