Jakarta -
Pesinetron Yana Zein terkena kanker payudara stadium 4. Tentu Yana tak menyangka dirinya kena kanker karena selama ini merasa tubuhnya baik-baik saja. Dari pengalaman Yana, tentu ada pelajaran yang bisa diambil bersama.
Ya, bukankah pengalaman hidup bisa menjadi hikmah, tidak saja bagi yang mengalami namun juga bagi orang lain? Nah, dari pengalaman Yana, berikut hal-hal yang bisa dijadikan bahan pelajaran bersama:
Kisah Yana bisa disimak dalam video berikut ini:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Memahami Kanker Payudara Stadium 4 Seperti Dialami Pesinetron Yana Zein
1. Jangan Remehkan Benjolan di Payudara
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Yana mengungkapkan penyakitnya diketahui muncul sejak kira-kira satu tahun lalu. Kala itu dia merasakan ada benjolan pada payudaranya. Namun Yana tidak ambil pusing dengan kehadiran benjolan itu, hingga akhirnya benjolan tersebut pecah.Sebenarnya tidak semua benjolan di payudara merupakan kanker. Meski memang untuk kasus kanker payudara, 90 persen ditandai dengan munculnya benjolan.
Jika menemukan benjolan di payudara, sebaiknya jangan dipencet-pencet atau diurut-urut. Kata dr Walta Gautama, SpB (K)Onk, jika benjolan tersebut merupakan kanker maka pemencetan atau pengurutan seringkali bisa memicu perkembangan. "Sebaiknya dicek dulu, itu benjolannya apa," saran dr Walta.
2. Jangan Lantas Lari ke Pengobatan Non-medis
Foto: thinkstock
|
Saat menemukan ada benjolan di payudaranya,Yana mengaku mengikuti pengobatan alternatif seperti minum jamu-jamuan. Menurut Yana, sebenarnya pengobatan alternatif itu cukup membantu.Terkait pengobatan non-medis untuk kanker, Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Profesor Dr dr Seohartati Gondhowiardjo, SpRad, K(Onk), mengatakan kemudahan informasi dan komunikasi membuat informasi tentang kanker cukup banyak menyebar. Sayangnya, dari internet juga banyak informasi-informasi keliru yang banyak menjebak sehingga bukannya pergi mencari bantuan medis orang malah berpaling ke pengobatan alternatif.
Estimasi dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) sekitar 70 persen pasien kanker datang ke rumah sakit dengan kondisi yang sudah parah. Salah satu sebabnya adalah menunda pengobatan medis.
Hidup itu penuh perjuangan, kisah inspiratif pasien yang sedang berjuang melawan kanker bisa dilihat dalam video berikut ini:
3. Tidak Merasa Sakit Tak Berarti Baik-baik Saja
Foto: thinkstock
|
Yana mengatakan meski ada benjolan di payudaranya dan hasil pengecekan menyebut itu adalah kanker, namun dia masih syuting sinetron seperti biasa. Bahkan syuting dijalaninya dari pagi hingga malam. Yana tidak merasa berat lantaran tidak merasa sakit.Terkait benjolan di payudara, dr Doddy Permadi Aryawan, SpOk, dokter spesialis okupasi dari Graha Medika menjelaskan benjolan di payudara itu macam-macam. Hanya saja secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu tumor dan kanker.
Tumor merupakan benjolan yang bersifat jinak sementara kanker merupakan benjolan bersifat ganas.Selain itu faktor hormonal juga dapat memengaruhi munculnya benjolan pada payudara. Untuk benjolan yang bersifat kanker, terkadang muncul tanpa disertai rasa sakit. Karena itulah jika ada benjolan sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Umumnya benjolan yang sifatnya jinak biasanya bisa digerakkan. Sementara benjolan yang bersifat ganas biasanya malah menetap atau menempel di otot sehingga tidak bisa digerakkan. Untuk sisi permukaan, benjolan jinak bisa dirasakan misalnya berbentuk oval, tapi kalau ganas permukaannya bisa berdumpul-dumpul atau tidak rata.
4. Ingat, Tidak Selalu Ditandai Benjolan
Foto: thinkstock
|
dr Karen Kennedy dari National Cancer Research Institute menuturkan banyak yang tidak sadar bahwa kanker payudara dapat muncul dengan berbagai gejala. Selain benjolan gejala kanker payudara diketahui bisa juga muncul dalam perubahan bentuk atau ukuran payudara, perubahan pada puting, perubahan tekstur kulit sekitar payudara, dan apabila ada cairan yang keluar dari puting.Untuk mengetahui hal-hal tersebut oleh karena itu ahli menyarankan agar seorang wanita rutin melakukan gerakan periksa payudara sendiri (SADARI). Tidak ada yang bisa benar-benar mengerti betul bentuk payudara normalnya selain orang itu sendiri.
5. Makin Cepat Terdeteksi Makin Tinggi Peluang Sembuh
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
dr Karen Kennedy dari National Cancer Research Institute mengatakan untuk penyakit seperti kanker yang paling penting adalah waktu. Semakin cepat diketahui dan diobati maka akan semakin besar pula kemungkinan seorang pasien pulih.
Agar kanker lebih cepat diketahui, yuk rutin lakukan deteksi dini. Caranya adalah rutin melakukan gerakan periksa payudara sendiri (SADARI). Sadanis atau periksa payudara klinis juga bisa dilakukan. Ini merupakan pemeriksaan pada payudara oleh tenaga kesehatan (nakes) terlatih. Jadi pasien diperiksa dulu payudaranya, diraba untuk dilihat apakah ada benjolan atau tidak. Jika ada kondisi yang mencurigakan, pemeriksaan lanjutan bisa disarankan.
Selain itu dr Walta Gautama, SpB(K) Onk, menyarankan agar wanita yang memasuki usia 35 tahun ke atas untuk melakukan cek menggunakan mammografi. USG payudara juga menjadi cara lain untuk mengetahui ada tidaknya sel kanker di payudara.
Baca juga: Infografis: Kenali Berbagai Gejala Kanker Payudara
 Foto: infografis detikcom |
Yana mengungkapkan penyakitnya diketahui muncul sejak kira-kira satu tahun lalu. Kala itu dia merasakan ada benjolan pada payudaranya. Namun Yana tidak ambil pusing dengan kehadiran benjolan itu, hingga akhirnya benjolan tersebut pecah.
Sebenarnya tidak semua benjolan di payudara merupakan kanker. Meski memang untuk kasus kanker payudara, 90 persen ditandai dengan munculnya benjolan.
Jika menemukan benjolan di payudara, sebaiknya jangan dipencet-pencet atau diurut-urut. Kata dr Walta Gautama, SpB (K)Onk, jika benjolan tersebut merupakan kanker maka pemencetan atau pengurutan seringkali bisa memicu perkembangan. "Sebaiknya dicek dulu, itu benjolannya apa," saran dr Walta.
Saat menemukan ada benjolan di payudaranya,Yana mengaku mengikuti pengobatan alternatif seperti minum jamu-jamuan. Menurut Yana, sebenarnya pengobatan alternatif itu cukup membantu.
Terkait pengobatan non-medis untuk kanker, Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Profesor Dr dr Seohartati Gondhowiardjo, SpRad, K(Onk), mengatakan kemudahan informasi dan komunikasi membuat informasi tentang kanker cukup banyak menyebar. Sayangnya, dari internet juga banyak informasi-informasi keliru yang banyak menjebak sehingga bukannya pergi mencari bantuan medis orang malah berpaling ke pengobatan alternatif.
Estimasi dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) sekitar 70 persen pasien kanker datang ke rumah sakit dengan kondisi yang sudah parah. Salah satu sebabnya adalah menunda pengobatan medis.
Hidup itu penuh perjuangan, kisah inspiratif pasien yang sedang berjuang melawan kanker bisa dilihat dalam video berikut ini:
Yana mengatakan meski ada benjolan di payudaranya dan hasil pengecekan menyebut itu adalah kanker, namun dia masih syuting sinetron seperti biasa. Bahkan syuting dijalaninya dari pagi hingga malam. Yana tidak merasa berat lantaran tidak merasa sakit.
Terkait benjolan di payudara, dr Doddy Permadi Aryawan, SpOk, dokter spesialis okupasi dari Graha Medika menjelaskan benjolan di payudara itu macam-macam. Hanya saja secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu tumor dan kanker.
Tumor merupakan benjolan yang bersifat jinak sementara kanker merupakan benjolan bersifat ganas.Selain itu faktor hormonal juga dapat memengaruhi munculnya benjolan pada payudara. Untuk benjolan yang bersifat kanker, terkadang muncul tanpa disertai rasa sakit. Karena itulah jika ada benjolan sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Umumnya benjolan yang sifatnya jinak biasanya bisa digerakkan. Sementara benjolan yang bersifat ganas biasanya malah menetap atau menempel di otot sehingga tidak bisa digerakkan. Untuk sisi permukaan, benjolan jinak bisa dirasakan misalnya berbentuk oval, tapi kalau ganas permukaannya bisa berdumpul-dumpul atau tidak rata.
dr Karen Kennedy dari National Cancer Research Institute menuturkan banyak yang tidak sadar bahwa kanker payudara dapat muncul dengan berbagai gejala. Selain benjolan gejala kanker payudara diketahui bisa juga muncul dalam perubahan bentuk atau ukuran payudara, perubahan pada puting, perubahan tekstur kulit sekitar payudara, dan apabila ada cairan yang keluar dari puting.
Untuk mengetahui hal-hal tersebut oleh karena itu ahli menyarankan agar seorang wanita rutin melakukan gerakan periksa payudara sendiri (SADARI). Tidak ada yang bisa benar-benar mengerti betul bentuk payudara normalnya selain orang itu sendiri.
dr Karen Kennedy dari National Cancer Research Institute mengatakan untuk penyakit seperti kanker yang paling penting adalah waktu. Semakin cepat diketahui dan diobati maka akan semakin besar pula kemungkinan seorang pasien pulih.
Agar kanker lebih cepat diketahui, yuk rutin lakukan deteksi dini. Caranya adalah rutin melakukan gerakan periksa payudara sendiri (SADARI). Sadanis atau periksa payudara klinis juga bisa dilakukan. Ini merupakan pemeriksaan pada payudara oleh tenaga kesehatan (nakes) terlatih. Jadi pasien diperiksa dulu payudaranya, diraba untuk dilihat apakah ada benjolan atau tidak. Jika ada kondisi yang mencurigakan, pemeriksaan lanjutan bisa disarankan.
Selain itu dr Walta Gautama, SpB(K) Onk, menyarankan agar wanita yang memasuki usia 35 tahun ke atas untuk melakukan cek menggunakan mammografi. USG payudara juga menjadi cara lain untuk mengetahui ada tidaknya sel kanker di payudara.
Baca juga: Infografis: Kenali Berbagai Gejala Kanker Payudara
 Foto: infografis detikcom |
(vit/up)