Japan Times melaporkan, wanita bernama Matsuri Takahashi tersebut bekerja di sebuah perusahaan periklanan besar di Jepang sejak April tahun 2015. Namun enam bulan kemudian, Matsuri diangkat menjadi pekerja tetap dan sering bekerja lembur hingga 70 jam dalam sebulan.
Akan tetapi media Jepang lainnya, Asahi melaporkan berdasarkan pernyataan keluarga, jumlah jam lembur Matsuri per 9 Oktober sampai 7 November 2015 mencapai 105 jam. Jumlah jam lembur ini jauh lebih lama dari batas yang ditetapkan dalam perjanjian antara pekerja dan manajemen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor Inspeksi Tenaga Kerja Mita merilis penyebab kematian Matsuri adalah beban kerja dan jam lembur yang ekstrem sehingga Matsuri menanggung beban psikologis lalu mentalnya terganggu dan terdorong untuk melakukan bunuh diri.
Menurut dr Andri, SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, sebagian besar kasus bunuh diri terjadi akibat gangguan jiwa, yaitu depresi, dan ini bisa muncul pada siapapun dan kapanpun.
"Kalau pertanyaannya adalah adakah hubungannya antara pekerjaan, lembur dengan bunuh diri, mungkin ada tetapi tidak secara langsung," tuturnya seperti diberitakan detikHealth sebelumnya.
Foto: Youtube ANN News |
Menurutnya, pekerjaan yang mengharuskan lembur terlalu lama dan sering menyebabkan orang mengalami tekanan bisa saja berujung pada depresi dan memunculkan keinginan untuk bunuh diri pada yang bersangkutan.
Perlu dipahami pula bahwa depresi bisa muncul akibat adanya tekanan besar yang tidak bisa diadaptasi oleh seseorang. Dan ketika akhirnya depresi ini memicu keinginan untuk bunuh diri, dasarnya bisa karena beragam faktor.
"Harus dilihat juga karyawan lainnya, apakah punya problem yang sama. Misalnya sama-sama lembur, apakah memiliki keluhan yang sama? Apakah beban kerjanya sama dengan teman lainnya? Karena kembali lagi, keinginan bunuh diri muncul karena depresi yang disebabkan oleh tekanan yang tidak bisa diadaptasi," paparnya.
Baca juga: Apa Hubungan Kebanyakan Lembur dan Kecenderungan Bunuh Diri? Ini Kata Dokter
Gejala depresi pada pekerja sebenarnya juga mudah terlihat, seperti penurunan produktivitas secara drastis, bahkan malas pergi bekerja.
"Misalnya, badan lemas susah banget mau berangkat ke kantor, atau di kantor seringnya lemas dan produktivitas akhirnya turun, dan terjadinya sudah beberapa hari bahkan berminggu-minggu, ini sebenarnya sudah merupakan salah satu gejala depresi," tutur dr Andri.
Yang ia sayangkan, kurangnya pemahaman soal masalah gangguan jiwa membuat pekerja sering meremehkan gejala tersebut. Sedangkan bagi perusahaan, karyawan yang sedang mengalami depresi jarang ditolong dengan baik dan bisa jadi malah menambah parah kondisinya.
"Beda ya lemas dan malas. Kalau malas memang kitanya nggak mau. Di sisi lain juga kalau kantor kita telepon nggak masuk sakit perut atau pusing, nggak apa-apa. Tapi ketika kita bilang ada gangguan cemas atau serangan panik, disuruh jangan dipikirkan dan positif aja. Ini kan salah," tandasnya.
Baca juga: Gila Kerja dan Sering Lembur, Apakah Termasuk Dalam Gangguan Jiwa? (lll/vit)












































Foto: Youtube ANN News