Seperti yang dialami anak balita pembaca detikHealth bernama Naura. Si kecil minta dibuatkan air madu. Naura pun meminta tolong pada sang anak untuk mengambilkan madu. Tapi, si anak justru memanggil botol madu.
"Botol, botol, sini. Aku mau bikin air madu. Sini botol," kata Naura menirukan ucapan sang anak kala itu. Ya, meski setelahnya, putra Naura tetap mengambil botol madu tersebut kemudian memberikannya pada sang ibu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Wujudkan Imajinasi Bocah-bocah Kreatif, Sekuriti Bantu Mengeksekusi
"Animisme di sini artinya anak menganggap atau mengira benda-benda mati mempunyai jiwa. Makanya bahasanya kayak gitu kan. Contohnya, 'oh mesin cucinya berisik, dia marah kali ya'. Atau 'yah mataharinya nangis, terus hujan'," kata wanita yang akrab disapa Nina ini.
Dalam perbincangan dengan detikHealth, Nina mengatakan bahwa memang kala itu tahap perkembangan kognitif anak baru sampai di situ. Jadi, saat anak menganggap benda mati bernyawa, itu termasuk hal yang normal dan bisa jadi itulah momen yang ditunggu-tunggu orang tua.
Nina menambahkan, di usia tersebut akan baik sekali jika ayah dan ibu mendongengkan fabel atau dongeng yang melibatkan benda mati tapi seakan-akan hidup, untuk anak. Sebab, di usia itu anak masih percaya bahwa benda mati bisa hidup dan itu bisa mengasah imajinasinya.
"Tapi nanti kalau dia sudah masuk usia 7 tahun, dia akan jadi lebih sadar bahwa ternyata benda-benda itu nggak hidup ya. Istilahnya jadi lebih terbuka lah mata si anak," tambah wanita yang juga praktik di Klinik Psikologi Terapan UI ini.
Nina menambahkan, bahwa di usia balita, anak-anak masih mengimajinasikan benda di sekelilingnya mempunyai nyawa dan untuk itu, si benda pun punya kehidupan sendiri.
Baca juga: Bila Mulai Terlihat Kurang Tidur, Anak Bisa Dibacakan Dongeng (rdn/vit)











































