Menurut peneliti nantinya program diharapkan dapat membantu dokter menentukan pengobatan apa yang tepat. Untuk pasien hipertensi paru misalnya ada terapi obat suntik atau transplantasi, tapi mana yang lebih baik akan sangat tergantung dari seberapa lama kira-kira sisa hidup pasien.
Baca juga: Buat Hipertensi, Yoga Terbukti Ampuh Menurunkan Tekanan Darah
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika data simulasi tersebut dikombinasikan dengan data rekam medis, program dapat memprediksi kapan kira-kira akan muncul gangguan yang dapat membunuh pasien. Keakurasian program dalam memprediksi pasien yang mampu hidup dalam jangka waktu setahun sekitar 80 persen sementara rata-rata keakurasian dokter hanya sekitar 60 persen.
"Jadi program ini mengambil hasil dari berbagai macam tes termasuk hasil scan dan kemudian memprediksi kira-kira apa yang akan terjadi dengan pasien secara akurat," kata salah satu peneliti dr Declan O'Regan seperti dikutip dari BBC, Selasa (17/1/2017).
"Kita jadi bisa merancang terapi apa yang tepat dengan manfaat yang maksimal," lanjutnya.
Saat ini tim peneliti mengatakan akan mulai mencoba program di beberapa rumah sakit. Bila memang sudah terbukti berhasil maka program akan dapat dipakai secara luas.
Baca juga: 50 Fakta & Mitos Tekanan Darah Tinggi
(fds/vit)











































