Sudah Vaksin HPV, Apakah Tidak Perlu Lagi Papsmear?

Sudah Vaksin HPV, Apakah Tidak Perlu Lagi Papsmear?

Nurvita Indarini - detikHealth
Sabtu, 21 Jan 2017 14:01 WIB
Sudah Vaksin HPV, Apakah Tidak Perlu Lagi Papsmear?
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Vaksin human papillomavirus (HPV) diberikan sebagai proteksi pada perempuan terhadap kanker serviks. Jika sudah mendapat vaksin ini, apakah tidak perlu lagi deteksi dini melalui papsmear ataupun inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)?

"Vaksinasi dan deteksi dini adalah dua hal yang berbeda. Vaksinasi itu untuk menginduksi tubuh membentuk antibodi sehingga mencegah infeksi HPV onkogenik berkembang menjadi kanker serviks," terang dr Antony Atmadja, SpOG, dalam edukasi kesehatan 'Kenali Kanker Serviks' di RS Mitra Keluarga Bekasi, Jl Jend. A Yani, Bekasi Barat, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (21/1/2017).

Sementara papsemar dan IVA merupakan upaya mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks. Papsmear dan IVA disarankan dilakukan oleh perempuan yang sudah aktif secara seksual.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di negara maju, vaksin dan skrining jalan bareng. Jadi vaksinasi merupakan langkah primer sedangkan papsmear merupakan langkah sekunder," imbuh dr Antony.

Baca juga: 5 Fakta Tentang HPV, Penyebab Kanker Serviks Pada Wanita

Jika hanya mengandalkan vaksin tanpa ada upaya deteksi dini, maka upaya pencegahan kanker serviks menjadi kurang optimal. Nah, jika ada penemuan lesi pra-kanker dalam deteksi dini harus dilanjutkan dengan tata laksana yang tepat dan baik, sehingga lesi pra-kanker tidak berkembang menjadi kanker serviks.

"Kalau rutin deteksi dini, akan semakin cepat ketahuan misalnya ada virus HPV-nya yang mengarah ke kanker atau tidak. Semakin cepat dikendalikan maka akan semakin baik dan lebih cepat sembuh sampai 100 persen," lanjut dr Antony.

Dia menambahkan HPV di tubuh manusia memang tidak selalu pasti berubah menjadi kanker. Jika dalam bentuk tumor jinak, maka bisa menimbulkan kutil-kutil, termasuk kutil kelamin. Sementara, bisa menjadi kanker jika masuk ke darah dan mulai menyebar.

Kanker serviks memang tidak boleh diremehkan. Sebab setiap satu jam diperkirakan ada satu perempuan di Indonesia yang meninggal karena kanker serviks. "Jadi dalam sehari bisa 24 orang yang meninggal," tambah dr Antony.

Baca juga: Cegah Kanker Serviks Sejak Dini Lewat Vaksinasi, Bolehkah?

(vit/rdn)

Berita Terkait