Jakarta -
Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, olahraga sebaiknya dilakukan secara terukur. Olahraga dengan intensitas sedang hingga berat, tentu beda hasilnya dengan yang asal-asalan.
Mengukur intensitas olahraga memang gampang-gampang susah. Gampang karena ada banyak indikator yang bisa dibandingkan, namun sekaligus susah karena tidak semua orang terbiasa melakukannya. Walaupun memang, asal bergerak masih lebih baik dibanding tidak bergerak sama sekali.
Bagi yang ingin lebih dari sekadar bergerak, yakni mendapatkan manfaat maksimal dari olahraga yang dilakukan, berikut ini beberapa indikator yang mudah diamati untuk menilai intensitas olahraga.
1. Napas
Foto: Thinkstock
|
Indikator yang paling mudah diamati adalah napas. Olahraga dikategorikan memiliki intensitas ringan jika seseorang masih bisa bicara dan bernyanyi tanpa terengah-engah saat melakukannya. Olahraga ringan seperti easy jogging termasuk dalam kategori ini.Pada olahraga dengan intensitas sedang, seseorang masih bisa berbicara tetapi sudah tidak sanggup bernyanyi dengan merdu lagi. Napasnya mulai tersengal-sengal jika dipaksakan. Sedangkan pada intensitas tinggi, olahraga hampir tidak mungkin dilakukan sambil bicara.
Baca juga: Asal Kuat Ngos-ngosan, Olahraga Super Singkat Ini Diklaim Sangat Bermanfaat
2. Keringat
Foto: thinkstock
|
Indikator lain yang sering dipakai untuk mengukur intensitas olahraga adalah keluarnya keringat, yang memang meningkat saat terjadi pembakaran kalori di dalam tubuh. Makin banyak keringat yang keluar, biasanya menunjukkan semakin tinggi intensitas olahraga yang dilakukan.Namun indikator ini punya banyak kelemahan, mengingat keluarnya keringat dipengaruhi juga oleh banyak faktor. Olahraga di tempat yang pengap misalnya, akan memicu produksi keringat yang relatif lebih banyak dibandingkan di tempat sejuk. Sebaliknya ada juga olahraga dengan intensitas tinggi yang tidak disertai keluarnya keringat yang bisa diamati. Renang adalah salah satunya.
Baca juga: Banyak Berkeringat Tanda Melakukan Olahraga dengan Baik? Ini Kata Pakar
3. Denyut jantung
Foto: ist
|
Denyut jantung bisa dibilang paling akurat untuk mengukur intensitas olahraga. Pengukuran bisa dilakukan secara manual dengan meraba nadi di lengan maupun leher, atau bisa juga memakai perangkat wearable yang dilengkapi Heart Rate Monitoring (HRM). Denyut yang disarankan saat olahraga adalah di rentang 65-90 pesen dari denyut jantung maksimal.Untuk menentukan denyut jantung maksimal, para pakar menggunakan rumus 220 dikurangi usia (dalam tahun). Misalnya untuk usia 30 tahun, maka denyut maksimalnya adalah 220-30 yakni 90 bpm (beat per second).
4. Fitness tracker
Foto: Thinkstock
|
Perangkat-perangkat fitness tracker saat ini biasanya sudah menggabungkan berbagai indikator untuk memberikan pengukuran yang seakurat mungkin. Mulai dari denyut jantung, jumlah langkah, hingga perkiraan kapasitas vital paru-paru yang dinyatakan dalam volume oksigen maksimal (VO2max).
Indikator yang paling mudah diamati adalah napas. Olahraga dikategorikan memiliki intensitas ringan jika seseorang masih bisa bicara dan bernyanyi tanpa terengah-engah saat melakukannya. Olahraga ringan seperti easy jogging termasuk dalam kategori ini.
Pada olahraga dengan intensitas sedang, seseorang masih bisa berbicara tetapi sudah tidak sanggup bernyanyi dengan merdu lagi. Napasnya mulai tersengal-sengal jika dipaksakan. Sedangkan pada intensitas tinggi, olahraga hampir tidak mungkin dilakukan sambil bicara.
Baca juga: Asal Kuat Ngos-ngosan, Olahraga Super Singkat Ini Diklaim Sangat Bermanfaat
Indikator lain yang sering dipakai untuk mengukur intensitas olahraga adalah keluarnya keringat, yang memang meningkat saat terjadi pembakaran kalori di dalam tubuh. Makin banyak keringat yang keluar, biasanya menunjukkan semakin tinggi intensitas olahraga yang dilakukan.
Namun indikator ini punya banyak kelemahan, mengingat keluarnya keringat dipengaruhi juga oleh banyak faktor. Olahraga di tempat yang pengap misalnya, akan memicu produksi keringat yang relatif lebih banyak dibandingkan di tempat sejuk. Sebaliknya ada juga olahraga dengan intensitas tinggi yang tidak disertai keluarnya keringat yang bisa diamati. Renang adalah salah satunya.
Baca juga: Banyak Berkeringat Tanda Melakukan Olahraga dengan Baik? Ini Kata Pakar
Denyut jantung bisa dibilang paling akurat untuk mengukur intensitas olahraga. Pengukuran bisa dilakukan secara manual dengan meraba nadi di lengan maupun leher, atau bisa juga memakai perangkat wearable yang dilengkapi Heart Rate Monitoring (HRM). Denyut yang disarankan saat olahraga adalah di rentang 65-90 pesen dari denyut jantung maksimal.
Untuk menentukan denyut jantung maksimal, para pakar menggunakan rumus 220 dikurangi usia (dalam tahun). Misalnya untuk usia 30 tahun, maka denyut maksimalnya adalah 220-30 yakni 90 bpm (beat per second).
Perangkat-perangkat fitness tracker saat ini biasanya sudah menggabungkan berbagai indikator untuk memberikan pengukuran yang seakurat mungkin. Mulai dari denyut jantung, jumlah langkah, hingga perkiraan kapasitas vital paru-paru yang dinyatakan dalam volume oksigen maksimal (VO2max).
(up/up)