Kementerian Kesehatan memang sudah berusaha untuk meningkatkan cakupan deteksi dini lewat program-program kampanye, namun belum untuk semua jenis kanker. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Mohamad Subuh, MPPM, menyebut saat ini program deteksi dini masih fokus untuk dua jenis kanker yaitu payudara dan leher rahim (serviks) karena jumlah pengidapnya yang besar.
Untuk kanker payudara ada program kampanye periksa payudara sendiri (SADARI) dan mamografi. Sementara untuk kanker leher rahim ada pemeriksaan pap smear dan inspeksi visual asam asetat (IVA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Diet Tinggi Serat Bantu Pangkas Risiko Kanker Usus Besar
Untuk penyakit kanker lainnya yang lebih sulit karena tersembunyi memang masih belum ada program khusus. Oleh karena itu warga diharap bisa lebih proaktif memeriksa kesehatan umumnya sendiri. Karena bila cek kesehatan dilakukan rutin suatu kejanggalan akan dapat lebih mudah diketahui.
Wakil Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Dr dr Sonar Soni Pangoro, SpB(K)Onk, mengatakan sebagai contoh untuk kanker usus seseorang bisa rutin cek up kotoran. Untuk kanker jenis lainnya seperti paru bisa dengan rutin melakukan rontgen toraks.
"Kalau tiap tahun rutin rontgen toraks itu akan kelihatan apalagi kalau perokok. Pada perokok tertentu kalau rutin itu akan mudah terlihatnya karena dia salah satu yang paling berisiko untuk terkena kanker paru," kata dr Sonar.
"Setiap tahun rontgen toraks aja itu insyaallah akan bisa terdeteksi lebih dini," pungkasnya.
Baca juga: Curiga Tahi Lalat Anda Berbahaya? Coba Gunakan Rumus ABCDE (fds/up)











































