Begini Alasan Kuat Merokok Tak Boleh dalam Ruangan

Begini Alasan Kuat Merokok Tak Boleh dalam Ruangan

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Senin, 06 Feb 2017 13:35 WIB
Begini Alasan Kuat Merokok Tak Boleh dalam Ruangan
Foto: Sapta Agung Pratama
Jakarta - Salah satu contoh dari ketidakpedulian perokok ditunjukkan dengan tetap mengisap tembakaunya di dalam ruangan. Hal ini memicu apa yang disebut dengan 'third-hand smoke'.

Third-hand smoke merupakan kondisi di mana residu asap rokok menempel di furnitur, tembok maupun benda lain yang ada di dalam rumah. Biasanya juga ditandai dengan munculnya noda berwarna kekuningan dan bau khas rokok di permukaan benda-benda tersebut.

Namun yang tidak dipahami banyak orang adalah residu ini dapat mengganggu pertumbuhan bayi yang baru lahir. Temuan ini dipastikan peneliti dari Lawrence Berkeley National Laboratory dengan melakukan ujicoba pada sekelompok anakan tikus yang baru lahir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka sengaja dibiarkan tumbuh di dalam kandang yang telah terkontaminasi kain katun yang telah dipapari residu asap rokok selama tiga minggu.

Beberapa waktu berselang, terlihat tikus-tikus tersebut memiliki berat badan yang lebih rendah ketimbang tikus-tikus sebaya yang dibesarkan di lingkungan bebas kontaminasi.

Peneliti menyimpulkan, paparan 'third-hand smoke' mengakibatkan perubahan yang signifikan pada jumlah sel darah yang berkaitan dengan sistem imun atau kekebalan si tikus.

Terbukti jumlah platelet tikus yang terpapar residu asap rokok lebih tinggi dari normal dan juga muncul sel-sel darah putih tertentu di tubuh mereka, khususnya yang berkaitan dengan peradangan dan reaksi alergi.

Meski demikian, peneliti menemukan bahwa efek tersebut bersifat sementara. Hanya dalam kurun tiga minggu setelah meninggalkan lingkungan yang tercemar, tikus-tikus itu mulai menggemuk dan bisa selincah tikus lainnya.

"Kami menduga bayi dan anak-anak adalah yang paling rentan karena sistem imun mereka yang masih belum matang," ungkap ketua tim peneliti Bo Hang seperti dikutip dari situs resmi Lawrence Berkeley National Laboratory, newscenter.lbl.gov, Senin (6/2/2017).

Apalagi bayi punya kebiasaan merangkak dan meletakkan berbagai benda ke dalam mulutnya, padahal ada kemungkinan benda-benda yang ada di dalam rumah telah 'ditempeli' residu asap rokok.

Ironisnya, sel-sel darah putih ini dapat ditemukan hingga 14 pekan setelah percobaannya selesai. "Residu asap rokok seperti ini adalah faktor risiko yang kurang diperhatikan bagi kesehatan, padahal sama berbahayanya. Hanya saja diperlukan studi yang lebih besar, utamanya pada manusia untuk memastikan adanya kebijakan untuk mengurangi paparan risiko ini," tegas salah satu Dr Antoine Snijders.

Baca juga: Banyak Anak Terpapar Asap Rokok, Indonesia Bisa Punya Generasi Cebol

dr Thaksaphon Thamarangsa dari Department of Non-communicable Diseases and Environment WHO SEARO beberapa waktu lalu pernah menjelaskan, meski sudah merokok di luar ruangan atau jauh dari rumah, perokok masih bisa membawa residunya masuk ke dalam rumah karena sisa asap rokok masih bisa menempel di pakaian.

"Tapi tetap saja ya bukan berarti 100 persen aman. Akan lebih baik lagi jika berhenti merokok memang. Paparan asap rokok bisa mengenai kulit kita juga lho," ucapnya seperti diberitakan detikHealth sebelumnya.

Soal thirdhand smoker, menurut dr Thamarangsa sama saja dengan petani tembakau yang berisiko terpapar langsung zat-zat pada tembakau. Untuk itu, ketika memetik atau menjemur tembakau, mereka harus menggunakan sarung tangan dan masker.

"Mereka bisa menghirup langsung atau melakukan kontak dengan kulit dan reaksinya di antaranya gatal-gatal dan iritasi," lanjutnya.

Baca juga: Perokok Pasif Lebih Berisiko Terserang Kanker Paru? Ini Penjelasan Pakar (lll/vit)

Berita Terkait