Dikutip dari National Cancer Institute, radon merupakan gas hambar yang tidak terlihat dan tidak berbau kemudian bisa merembes ke tanah dan berdifusi ke udara. Disebutkan, radon ada hampir di semua lingkungan. Tapi, pada orang yang menghirup radon dengan kadar tinggi terjadi peningkatan risiko kanker paru.
"Kadar radon bisa lebih tinggi di rumah yang terisolasi, tidak punya ventiliasi baik, atau bangunan yang ada di atas tanah yang kaya unsur uranium, thorium, dan radium. Basement dan lantai pertama rumah biasanya mengandung kadar radon tinggi karena paling dekat dengan tanah," tulis National Cancer Institute dalam situsnya cancer.gov.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika terhirup, partikel radioaktif dari radon bisa merusak sel yang melapisi paru-paru. Dalam jangka panjang, paparan radon bisa menyebabkan kanker paru, satu-satunya kanker yang terbukti terkait dengan paparan radon. Nah, soal kaitan radon dan risiko kanker paru, dr Elisna Syahruddin PhD, SpP(K) dari RSUP Persahabatan juga turut berkomentar.
"Di Indonesia baru beberapa daerah yang diketahui kadar radonnya tinggi. Tapi, belum terbukti kasus kanker paru tinggi di sana," kata dr Elisna di sela-sela Forum Ngobras 'Tantangan Diagnosis Dini dan Harapan Hidup Kanker Paru di Indonesia' di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2017).
Untuk menghindari paparan radon berlebih, pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik. Tujuannya, kata dr Elisna untuk membuat level paparan radon menjadi normal. Jika rumah cenderung rapat dan tertutup, termasuk di bagian dapur, tak ada salahnya menggunakan exhaust fan untuk memastikan sirkulasi udara berjalan dengan baik.
"Di Indonesia belum ada penelitian soal radon tapi kita harus omongin ini. Karena orang mulai tinggal di rumah yang tidak berventilasi dengan baik," ujar dr Elisna.
Baca juga: Tips Dokter Agar Terhindari dari Bahaya Polusi Udara
(rdn/vit)











































