Kelvin Choi, peneliti dari National Institute on Minority and Health Disparities, Bethesda Maryland, Amerika Serikat mengatakan prevalensi perokok muda sudah turun sejak tahun 1998 karena kampanye bahaya merokok. Namun hadirnya rokok elektrik atau vape bisa saja merusak keberhasilan tersebut.
"Rokok elektrik mengancam kampanye bahaya merokok, namun sedikit data yang dimiliki untuk mendukung pernyataan tersebut. Karena itu kami melakukan penelitian ini sebagai sarana untuk mempertajam diskusi soal bahaya rokok elektrik," tutur Choi, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian Choi dilakukan dengan menganalisis data lebih dari 70.000 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui Florida Youth Tobacco Survey tahun 2014. Para pelajar diminta mengisi apakah mereka pernah mencoba merokok, baik elektrik maupun tembakau, serta perilaku merokok orang-orang di sekitarnya.
Sekitar 8 persen pelajar mengaku pernah mencoba rokok elektrik. Di sisi lain, 12 persen pelajar hidup dengan pengguna rokok elektrik, baik itu orang tua maupun saudara lain.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Adolescent Health menyebut pelajar yang tinggal dengan pengguna rokok elektrik lebih terbuka untuk merokok. Mereka juga mencoba rokok lebih awal, dan memiliki risiko lebih besar untuk menjadi perokok di kemudian hari.
"Tinggal dengan pengguna rokok elektrik berarti anak terpapar dengan iklan. Mereka juga mengasosiasikan merokok sebagai perilaku normal yang dilakukan oleh orang dewasa," ujarnya.
Lucy Popova dari Georgia State University School of Public Health mengatakan orang dewasa menggunakan rokok elektrik dengan premis rokok elektrik lebih aman bagi anak-anak karena tidak berasap, tidak mengandung nikotin dan tidak berbau. Namun studi ini membuktikan bahwa premis tersebut tidak berlaku lagi.
"Ketika anak melihat merokok sebagai normal, mereka tentu saja akan lebih tertarik mencobanya. Dengan menggunakan rokok elektrik, perilaku merokok akan terlihat normal, dan bisa jadi penyebab utama ia mengidap adiksi seumur hidup," paparnya.
Baca juga: Studi: Sedot Rokok Elektrik Bisa Turunkan Peluang Punya Anak (mrs/up)











































