Peneliti membandingkan antara 23 penikmat vape (sebutan lain untuk rokok elektrik) yang menggunakan rokok ini setiap hari selama setahun dengan 19 bukan perokok. Usia mereka berada pada kisaran 21-45 tahun.
Hasil tes menunjukkan, penikmat vape cenderung memperlihatkan dua faktor risiko kunci dari penyakit jantung, yang nantinya juga bisa memicu terjadinya kondisi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pasien gagal jantung kronis, tubuh melepaskan adrenalin untuk memacu jantung yang sudah rusak agar bekerja lebih keras. Tidak menutup kemungkinan ini juga terjadi pada penikmat rokok elektrik dari waktu ke waktu.
Sedangkan stres oksidatif adalah kondisi di mana terjadi ketimpangan antara produksi radikal bebas yang ada di tubuh dengan kemampuan tubuh untuk melindungi dirinya dari efek berbahaya radikal bebas.
Baca juga: Vaping ataupun Rokok Biasa, Sama-sama Merugikan Perokok Pasif
Middlekauf menambahkan, keduanya sama-sama dipicu oleh nikotin yang terkandung dalam aerosol atau cairan rokok elektrik.
"Bioaktif yang terkandung dalam aerosol ini ketika dimetabolisir akan menyebabkan munculnya efek fisiologis yang berlangsung secara terus-menerus, dan nantinya dapat meningkatkan risiko pada kesehatan kardiovaskularnya," terang Middlekauf seperti dilaporkan The Sun.
Kepada Daily Mail, Christopher Allen dari British Heart Foundation mengatakan, cara terbaik untuk menghindari risiko tersebut adalah dengan berhenti merokok sepenuhnya. Meski rokok elektrik diklaim sebagai alat bantu berhenti merokok, namun banyak dari produknya yang belum teregulasi dan bisa saja mengandung bahan berbahaya.
"Dosisnya sangat beragam, belum lagi bahan kimia lain. Dari waktu ke waktu ini akan menimbulkan bahaya," katanya.
Hal ini memicu dugaan jika risiko penyakit kardiovaskular pada penikmat rokok elektrik lebih besar daripada perokok biasa karena kandungan nikotinnya yang tidak terjamin.
Baca juga: Meski Tak Berasap, Rokok Elektrik Diklaim Lebih Berbahaya Bagi Otak (lll/up)











































