Sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Toyohashi University of Technology membuktikan hal itu. Eksperimen menunjukkan, hembusan AC dengan kecepatan 0,14 m/s memicu perubahan posisi yang lebih sering selama tidur.
Terganggunya kualitas tidur pada velositas atau kecepatan tersebut juga dipengaruhi oleh frekuensi terbangun yang lebih tinggi. Pengamatan dengan EEG (Electroencephalogram) pun menguatkan kesimpulan bahwa kualitas tidur berkurang akibat hembusan AC yang terlalu kencang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Alasan Kenapa Lebih Sulit Tertidur Saat Sedang Kegerahan
Walaupun teramati ada perbedaan denyut jantung dan frekuensi terbangun, tidak ditemukan perbedaan pada durasi tidur. Penelitian yang dimuat di jurnal Energy and Buildings ini juga menyebut lamanya berada dalam fase deep sleep tidak banyak terpengaruh.
Terlepas dari kualitasnya, para pakar menganjurkan waktu tidur selama 7-8 jam dalam sehari. Kurang tidur banyak dikaitkan dengan berbagai masalah metabolisme, mulai dari kegemukan hingga risiko diabetes. Bahkan, kurang tidur juga meningkatkan risiko sakit jantung.
Baca juga: Terlalu Sering Terkena AC atau Kipas Angin, Paru-Paru Bayi Bisa Nge-flek? (up/vit)











































