Studi: Bayi Prematur Lebih Berisiko Depresi Saat Dewasa

Studi: Bayi Prematur Lebih Berisiko Depresi Saat Dewasa

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Minggu, 19 Feb 2017 07:23 WIB
Studi: Bayi Prematur Lebih Berisiko Depresi Saat Dewasa
Ilustrasi bayi prematur (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Melahirkan bayi secara prematur memang bukan harapan setiap ibu. Tetapi karena suatu keadaan, ada bayi-bayi yang terpaksa dilahirkan lebih cepat dari tanggal seharusnya.

Sebuah studi terbaru kemudian mengungkap dampak yang dirasakan bayi-bayi yang lahir di usia prematur saat mereka dewasa kelak. Dampak yang paling terlihat adalah pada kesehatan mental mereka.

Fakta ini terungkap setelah peneliti dari McMaster University, Ontario melakukan review terhadap 41 studi yang berlangsung selama 26 tahun. Total bayi prematur yang diamati adalah 2.712 bayi. Sebagai pembanding, peneliti juga mengamati 11.127 bayi yang lahir normal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya, anak yang lahir sangat prematur, ditandai dengan berat lahir kurang dari 1 kg, berisiko tinggi untuk mengalami depresi dan masalah sosial. Bahkan ini sudah terlihat sejak dini, yang kemudian bertahan hingga mereka memasuki usia dewasa.

Di samping itu, ada kecenderungan yang tinggi untuk mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder), yaitu empat kali lebih besar dari anak yang lahir normal. Mereka juga lebih pemalu dan mudah cemas di tengah pergaulan sosial.

Baca juga: Paparan Nikotin Bisa Sebabkan Gangguan Pendengaran pada Anak

Risiko yang sama juga terlihat ketika partisipan memasuki usia remaja. Pada orang dewasa yang lahir dengan berat rendah juga memperlihatkan kecenderungan yang tinggi untuk mengalami gangguan ansietas atau kecemasan, depresi, dan rendahnya fungsi sosial.

Sejauh ini peneliti belum mengetahui bagaimana bisa kelahiran prematur mempengaruhi perkembangan otak bayi. Namun muncul dugaan bahwa ini adalah hasil dari respons biologis dari si bayi setelah mengalami kondisi yang sulit ketika dilahirkan ke dunia.

"Kami tidak mengatakan bahwa mereka pasti mengalami masalah kesehatan mental nantinya. Hanya risikonya saja yang lebih tinggi dibanding yang lahir dengan berat normal," tegas Karen Mathewson seperti dilaporkan The Guardian.

Untuk itu, lanjut Karen, penting bagi keluarga dan para dokter untuk mengetahui potensi yang dimiliki bayi prematur ini dan mengantisipasinya sejak dini.

Baca juga: Yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Kelahiran Prematur (lll/vit)

Berita Terkait