Namun bagi satu pasien pria di dunia, merokok justru malah jadi hal yang bermanfaat. Hal itu diketahui setelah tim peneliti internasional melakukan studi terhadap penyakit akibat mutasi genetik yang dimiliki sang pria dan anaknya.
Dilaporkan dalam jurnal Biological Chemistry, pemimpin studi Profesor John Olson dari Rice University mengatakan sang pria dan anaknya memiliki mutasi genetik yang membuat hemoglobin atau sel darah merah mudah rusak oleh oksidasi. Yang menarik perhatian adalah sang anak dilaporkan alami gejala anemia mengganggu namun tidak dengan sang ayah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dilihat lebih jauh peneliti menemukan bahwa mutasi pada hemoglobin H58L ada kaitannya dengan kemampuan penyerapan oksigen darah. Karena sang ayah merokok, di dalam darahnya jadi lebih banyak karbon monoksida sehingga keutuhan selnya terjaga.
Sementara itu sang anak yang tidak merokok justru alami anemia karena sel-sel darah merahnya rusak akibat membawa oksigen 'berlebih'. Dalam kondisi normal seharusnya darah mampu membawa oksigen tersebut tanpa ada kerusakan berarti.
"Sang ayah mungkin tidak akan bisa jadi atlet karena darahnya tidak bisa membawa banyak oksigen. Tapi merokok setidaknya telah menjauhkan ia dari anemia," kata Prof John seperti dikutip dari siaran pers Rice University, Senin (20/2/2017).
Meski sang anak kerap alami anemia karena mutasi genetik, Prof John tidak merekomendasikannya untuk mulai merokok. Sang anak lebih disarankan untuk mengonsumsi antioksidan seperti vitamin C agar sel darahnya lebih tahan hadapi oksidasi.
"Pada saat yang bersamaan juga sang anak tidak perlu terlalu khawatir terhadap efek perokok pasif. Karena kemungkinan hal itu malah akan berefek positif," ujar Prof John.
Baca juga: Ada yang Bilang Rokok Bermanfaat, Kemenkes: Itu Denying
(fds/vit)











































