"Anak-anak biasanya tertular dari orang dewasa. Penularan dari anak ke anak jarang terjadi karena anak-anak tidak meludah, dahaknya selalu ditelan," kata dr Citra, Kepala Satuan Pelaksana Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kramat Jati.
Lingkungan yang tidak bersih, menurut dr Citra semakin meningkatkan risiko penularan TB. Kuman TB menurutnya paling mudah menular di lingkungan yang padat, dengan sirkulasi udara yang buruk. Selain itu, faktor nutrisi juga berpengaruh. Gizi yang tidak mencukupi membuat daya tahan tubuh seseorang melemah sehingga makin rentan tertular.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu juga kami temukan 5 kasus positif TB pada anak," kata dr Citra, ditemui di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (24/3/2017).
Baca juga: Kisah Pria yang Hampir 8 Tahun Dirawat di RS karena Tuberkulosis
Skrining TB di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur (Foto: Uyung/detikHealth) |
Setelah pasien ditemukan, tantangan berikutnya adalah kepatuhan berobat. Pengobatan TB yang memakan waktu hingga 6 bulan, atau bahkan 2 tahun untuk TB yang sudah kebal obat, sering membuat pasien bosan lalu 'drop out' atau menghentikan pengobatan.
Surveilans TB tahun 2015 mencatat ada sejumlah 330.729 kasus TB di Indonesia. Dari angka tersebut, ada sekitar 16 persen yang tidak menyelesaikan pengobatan dan berpotensi menularkan kumannya ke orang-orang di sekitarnya.
Baca juga: Susahnya Mengeluarkan Dahak untuk Periksa TB (up/vit)












































Skrining TB di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur (Foto: Uyung/detikHealth)