Indonesia Darurat TB, Pakar Sebut Jumlah Pasien Drop-out Masih Tinggi

Hari TB Sedunia

Indonesia Darurat TB, Pakar Sebut Jumlah Pasien Drop-out Masih Tinggi

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Jumat, 24 Mar 2017 17:33 WIB
Indonesia Darurat TB, Pakar Sebut Jumlah Pasien Drop-out Masih Tinggi
ilustrasi kampanye TB (Foto: Uyung/detikHealth)
Jakarta - Indonesia saat ini menduduki peringkat dua dunia dalam jumlah pengidap tuberkulosis terbanyak. Pakar menyebut salah satu penyebabnya adalah masih tingginya pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan.

dr Erlina Burhan, SpP(K), dari RS Persahabatan mengatakan jumlah pasien tuberkulosis yang tidak menyelesaikan pengobatan atau drop-out masih cukup tinggi. Di RS Persahabatan yang merupakan rujukan penyakit respirasi saja angka pasien drop-out mencapai 30 persen atau satu dari tiga orang.

"Kumannya dari zaman dulu, obatnya sudah ada, gratis lagi ada JKN. Tapi kenapa masih tinggi? Ya karena tadi masih ada stigma, putus berobat, kurang informasi makanya penyakitnya masih ada sampai sekarang," tutur dr Erlina kepada wartawan, ditemui di RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Susahnya Mengeluarkan Dahak untuk Periksa TB

Dikatakan dr Erlina, pasien TB yang tidak berobat merugikan banyak pihak. Pertama, pasien mengalami penurunan kualitas hidup dan harus hidup dengan gejala yang makin memburuk. Apalagi angka kematian karena TB di Indonesia masih tergolong tinggi.

Kedua, pasien juga menjadi sarana penularan penyakit. TB merupakan penyakit yang menular lewat udara. Tentu saja orang-orang yang ada di sekitar pasien, baik itu keluarga, rekan kerja maupun orang asing yang kebetulan lewat saat pasien batuk akan berisiko terinfeksi TB.

Ketiga, pasien berisiko mengalami MDR-TB, yakni bentuk penyakit TB yang lebih parah, memerlukan pengobatan yang lebih lama dan angka kematian yang lebih tinggi. Saat ini, MDR-TB menjadi masalah bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia.

"TB nggak selesai berobat, jadi MDR-TB. MDR-TB nggak selesai atau nggak patuh, bisa jadi XDR-TB yang pengobatannya jauh lebih mahal dan rumit," papar dr Erlina lagi.

Baca juga: Kisah Pria yang Hampir 8 Tahun Dirawat di RS karena Tuberkulosis

(mrs/vit)

Berita Terkait