Kondisi yang Hambat Eliminasi Malaria di Daerah Timur Indonesia

Kondisi yang Hambat Eliminasi Malaria di Daerah Timur Indonesia

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Jumat, 31 Mar 2017 13:35 WIB
Kondisi yang Hambat Eliminasi Malaria di Daerah Timur Indonesia
Foto: Nyamuk Anopheles (Sumber: Universitas Wageningen wageningenur.nl)
Jakarta - Di 2025, pemerintah menargetkan Indonesia bebas malaria. Meski memang, masih ada hambatan di mana mayoritas daerah timur Indonesia masih berstatus daerah endemis tinggi malaria.

Diungkapkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, drg Vensya Sitohang, M.Epid, sampai 2016 masih terjadi endemis tinggi malaria di 41 kabupaten/kota di kawasan timur Indonesia. Kasus di daerah tersebut menyumbang 80 persen kasus malaria di tingkat nasional. Sebut saja NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat masih 0 persen eliminasi malaria.

"Mengapa ini masih sulit? Nyamuk anopheles yang jadi vektor malaria senangnya kan tinggal di air yang tergenang. Nah, ini umumnya ada di daerah pertambangan liar di mana masyarakat mendulang atau melakukan pertambangan lokal dan berpindah-pindah kemudian tidak terdeteksi. Dan itu terfokus di daerah timur, meski di Kalimantan pun ada juga beberapa," kata drg Vensya di kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (31/3/2017).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, faktor geografis juga disebut drg Vensya menjadi salah satu faktor masih tingginya kasus malaria di daerah timur Indonesia. Kemudian, perilaku masyarakat juga berpengaruh.

"Ini kembali pada kepedulian masyarakat. Misalnya ada gejala demam-demam sakit kepala, nggak diperiksakan," ujar drg Vensya.

Baca juga: Tim IRS dan Kelambu Diandalkan untuk Eliminasi Malaria di Timika

Untuk mencapai target eliminasi malaria di 2025, di daerah endemis tinggi pemerintah setempat wajib membuat anggaran kesehatan salah satunya untuk mencegah dan mengendalikan malaria yang merupakan program prioritas tak hanya di tingkat daerah tapi juga pusat. Di daerah endemis rendah, sedang, bahkan yang sudah bebas malaria pun harus menganggarkan dana meski jumlahnya lebih sedikit. Sebab, bagaimanapun vektor malaria dalam hal ini nyamuk anopheles masih bisa ditemukan.

"Di kawasan yang masih endemis, kita lakukan upaya preventif dengan melakukan insectiside residual spray (IRS), pembagian kelambu, kemoprofilaksis, dan penggunaan repellent nyamuk," tutur drg Vensya.

Tahun ini, dilakukan pergantian kelambu kurang lebih 3 juta di kawasan endemis malaria, khususnya di daerah timur Indonesia, yang memang mesti diganti setiap 3 tahun. Sebab, kelambu mengandung insektisida yang juga memiliki masa habis. drg Vensya menekankan target Indonesia Bebas Malaria di 2025 bisa tercapai dengan adanya kerja sama dari berbagai sektor.

Baca juga: Parasit Malaria Super Ancam Program Kesehatan Global (rdn/up)

Berita Terkait