Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan wabah kolera menyerang Yaman sejak tanggal 27 April 2017, dengan 2.752 orang diduga sudah terinfeksi. Sementara itu, total pasien yang sudah positif kolera dan mendapat perawatan baru 58 orang.
Kasus paling parah terjadi di ibukota Yaman, Sana'a, di mana 34,6 persen kasus kolera terjadi. Sisanya tersebar di beberapa provinsi dan kota besar seperti Hodeidah, Hajjah, Ibb, Taiz dan Aden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WHO menyebut salah satu faktor mengapa wabah kolera begitu mematikan di Yaman adalah ketiadaan rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Seperti sudah diketahui, Yaman saat ini sedang mengalami perang saudara yang sudah menelan lebih dari 10.000 korban jiwa.
Akibatnya, jumlah fasilitas kesehatan yang masih bisa beroperasi sangat sedikit. Dua pertiga dari total populasi Yaman tidak memiliki akses ke air bersih dan sanitasi, dua faktor yang meningkatkan penularan sekaligus angka kematian penyakit kolera.
"7,6 juta penduduk Yaman berisiko terinfeksi karena tidak adanya akses air bersih dan sanitasi," tulis WHO dalam laporannya, dikutip dari Reuters.
Kolera merupakan penyakit diare akut yang bisa membunuh dalam waktu beberapa jam jika pasien tidak ditangani dengan baik. Anak-anak berusia 5 tahun ke bawah dengan gizi buruk memiliki risiko paling tinggi terinfeksi penyakit ini.
Salah satu cara penanganan kolera adalah memberikan air minum yang cukup dan antibiotik jika perlu. Masalahnya, tidak semua pasien kolera mengalami gejala seperti diare dan muntah-muntah, yang membuat penanganan sering terlambat.
Baca juga: Air Kotor Mengancam Nyawa Lebih dari 300 Juta Orang di Dunia
(mrs/vit)











































