Bukan bikin langsing, pakar menyebutkan hal ini justru bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan jiwa. Menurut nutrisionis Lyndi Cohen, terdapat kaitan antara diet rendah karbohidrat yang ekstrem dengan masalah kegelisahan dan mood yang tak stabil.
"Anda perlu tahu bahwa apapun yang Anda makan, maka akan berdampak pada suasana hati. Termasuk karbohidrat. Makanan kaya karbohidrat memicu produksi triptofan dan serotonin, zat kimia otak yang dapat meningkatkan mood Anda," tutur Cohen, seperti dikutip dari Body and Soul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila otak tak mendapatkan cukup senyawa ini, maka akibatnya Anda akan menjadi mudah depresi dan galau. Pada akhirnya kondisi ini berujung kembali pada emotional eating, yang justru membuat Anda makan semakin banyak karena nafsu makan meningkat.
"Jika Anda mengurangi atau bahkan berhenti mengonsumsi asupan karbohidrat termasuk nasi atau pasta, maka yang terjadi justru bukan penurunan berat badan. Intinya, Anda membutuhkan karbohidrat dalam makanan Anda sehari-hari agar tubuh mendapatkan semua nutrisi untuk berfungsi optimal," imbuh Cohen.
Sementara itu, nutrisionis Jansen Ongko, MSc, RD menjelaskan bahwa faktanya untuk menurunkan berat badan Anda tak selalu harus mengurangi konsumsi karbohidrat, termasuk dari nasi. Penyebab obesitas bukanlah nasi semata. Obesitas lebih disebabkan oleh kelebihan asupan kalori harian atau mengonsumsi kalori melebihi dari kalori yang digunakan, baik dari karbohidrat, protein, lemak atau kombinasi dari seluruh makronutrisi tersebut.
Baca juga: Mengenal Quinoa, Superfood Nabati Tinggi Protein yang Baik untuk Otot
(ajg/vit)











































