5 Fakta Flakka, Narkoba yang Bisa Buat Orang Jadi 'Zombie'

5 Fakta Flakka, Narkoba yang Bisa Buat Orang Jadi 'Zombie'

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 29 Mei 2017 14:10 WIB
5 Fakta Flakka, Narkoba yang Bisa Buat Orang Jadi Zombie
Flakka (Foto: CNN)
Jakarta - Flakka atau Alfa PVP adalah jenis narkotika sintesis dengan efek yang hampir sama seperti amfetamin atau kokain. Hanya saja efek yang ditimbulkan bisa lebih kuat sehingga para pemakainya seringkali mengalami halusinasi dan delusi parah bahkan hingga overdosis.

Seperti apa sih fakta-fakta tentang narkotik ini? Berikut beberapa penjelasannya seperti dihimpun detikHealth dari berbagai sumber pada Senin (29/5/2017):

Baca juga: Narkoba Flakka Kembali Viral di Medsos, Bisa Bikin Orang Jadi Zombie?

1. Narkotik golongan I

Ilustrasi narkoba golongan I. (Foto: Raja-detikcom)
Kementerian Kesehatan RI telah mengajukan agar flakka masuk dalam kategori narkotik golongan I sama seperti opiat, kokain, dan ganja. Narkotik yang masuk dalam kategori golongan I penggunaannya diawasi ketat hanya untuk keperluan tertentu saja seperti untuk ilmu pengetahuan, pengobatan, atau kebutuhan laboratorium.

Alasannya karena narkotik golongan ini berbahaya dan memiliki potensi ketergantungan yang tinggi.

2. Serupa herba khat

Foto: Thinkstock
Flakka adalah jenis narkotik yang mengandung senyawa mirip seperti apa yang ada pada herba khat (Catha edulis) namun dengan efek lebih kuat. Herba khat sendiri mengandung dua alkaloid bernama cathinone dan cathine yang berperan sebagai stimulan.

Di Eropa dan Timur Tengah herba khat populer digunakan sebagai campuran dalam masakan, teh, rokok, atau dikonsumsi langsung dengan cara dikunyah.

3. Efeknya ke otak

Foto: ilustrasi saraf otak
Ketika flakka dikonsumsi, maka efeknya sama seperti narkotik stimulan lain yaitu ia akan mendorong produksi hormon yang dapat membuat seseorang merasa enak dan nyaman seperti dopamin.

Namun di saat yang bersamaan flakka juga akan membuat otak menjadi lebih tak sensitif terhadap hormon tersebut. Oleh sebab itu pemakainya akan menjadi kecanduan butuh dosis yang lebih banyak untuk mendapatkan efek serupa.

4. Dampak ke tubuh

Foto: thinkstock
Epidemiolog dari Nova Southeastern University, James Hall, menjelaskan ketika seseorang mengonsumsi flakka maka ia bisa mengalami apa yang disebut sindrom delirium. Ia tak bisa berpikir dan suhu tubuhnya akan meningkat berlebih hingga sekitar 40 derajat celsius.

Flakka juga diketahui memicu tubuh untuk masuk ke dalam reaksi fight or flight dengan memompa produksi hormon adrenalin.

Kombinasi dari kondisi-kondisi tersebut membuat para pemakai flakka menjadi cenderung bersikap agresif dengan kekuatan ekstrem. "Umumnya orang-orang akan meminta bantuan polisi, tapi mungkin butuh lima sampai enam petugas untuk menahan satu individu," kata James.

5. Punya potensi tinggi

Foto: Thinkstock
James mengatakan flakka termasuk narkotik dengan efek yang sangat kuat. Biasanya seseorang membutuhkan dosis 0,1 gram flakka untuk bisa teler namun bila melenceng lebih sedikit saja maka efek berbahaya yang berdampak fatal bisa muncul.

"Bahkan overdosis yang ringan dapat menyebabkan masalah jantung, agitasi, atau perilaku agresif dan psikosis," kata James.
Halaman 2 dari 6
Kementerian Kesehatan RI telah mengajukan agar flakka masuk dalam kategori narkotik golongan I sama seperti opiat, kokain, dan ganja. Narkotik yang masuk dalam kategori golongan I penggunaannya diawasi ketat hanya untuk keperluan tertentu saja seperti untuk ilmu pengetahuan, pengobatan, atau kebutuhan laboratorium.

Alasannya karena narkotik golongan ini berbahaya dan memiliki potensi ketergantungan yang tinggi.

Flakka adalah jenis narkotik yang mengandung senyawa mirip seperti apa yang ada pada herba khat (Catha edulis) namun dengan efek lebih kuat. Herba khat sendiri mengandung dua alkaloid bernama cathinone dan cathine yang berperan sebagai stimulan.

Di Eropa dan Timur Tengah herba khat populer digunakan sebagai campuran dalam masakan, teh, rokok, atau dikonsumsi langsung dengan cara dikunyah.

Ketika flakka dikonsumsi, maka efeknya sama seperti narkotik stimulan lain yaitu ia akan mendorong produksi hormon yang dapat membuat seseorang merasa enak dan nyaman seperti dopamin.

Namun di saat yang bersamaan flakka juga akan membuat otak menjadi lebih tak sensitif terhadap hormon tersebut. Oleh sebab itu pemakainya akan menjadi kecanduan butuh dosis yang lebih banyak untuk mendapatkan efek serupa.

Epidemiolog dari Nova Southeastern University, James Hall, menjelaskan ketika seseorang mengonsumsi flakka maka ia bisa mengalami apa yang disebut sindrom delirium. Ia tak bisa berpikir dan suhu tubuhnya akan meningkat berlebih hingga sekitar 40 derajat celsius.

Flakka juga diketahui memicu tubuh untuk masuk ke dalam reaksi fight or flight dengan memompa produksi hormon adrenalin.

Kombinasi dari kondisi-kondisi tersebut membuat para pemakai flakka menjadi cenderung bersikap agresif dengan kekuatan ekstrem. "Umumnya orang-orang akan meminta bantuan polisi, tapi mungkin butuh lima sampai enam petugas untuk menahan satu individu," kata James.

James mengatakan flakka termasuk narkotik dengan efek yang sangat kuat. Biasanya seseorang membutuhkan dosis 0,1 gram flakka untuk bisa teler namun bila melenceng lebih sedikit saja maka efek berbahaya yang berdampak fatal bisa muncul.

"Bahkan overdosis yang ringan dapat menyebabkan masalah jantung, agitasi, atau perilaku agresif dan psikosis," kata James.

(fds/up)

Berita Terkait