Baca juga: BPOM: 82% Jajanan Takjil Layak Dikonsumsi, 18% Tak Penuhi Syarat
Nah, sebagai contoh, isu baru-baru ini mengenai kolang-kaling yang mengandung boraks. Untuk membedakan mana kolang-kaling yang sehat dan mana kolang kaling yang berbahan pengawet, sebagian besar masyarakat biasanya menggunakan satu indikator yakni dari ada tidaknya 'laler' alias lalat yang mengerumuni makanan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Begini Kata Ahli Gizi Soal Isu Kolang-kaling Berboraks
"Biasanya lalat tak mau mendekat pangan yang mengandung bahan berbahaya. Pertanyaan saya, seberapa banyak konsentrasinya? Belum ada yang meneliti. Selama ini kan anggapannya begitu. Harus dibuktikan," kata Roy kepada detikHealth.
Banyak ragam menu berbuka yang menggunakan kolang-kaling, misalnya kolak dan manisan (Foto: Manisan Kolang-kaling) |
Untuk membedakan makanan yang mengandung berbahan kimia berbahaya, secara kasat mata amatlah sulit. Untuk mengetahui, imbuh Roy, secara pasti harus dibuktikan dan diuji sampelnya di laboratorium.
"Wajib diuji formalin dan boraks, sesuai SOP (Standard Operating Procedure) kolang-kaling. Biasanya ujinya apa, jangan acak," tegas Roy, yang pernah menajabat sebagai Kepala BPOM.
Roy mengatakan perlu adanya edukasi masyarakat dan juga pelaku usaha tentang hal ini. Untuk pengolahan kolang-kaling sendiri sebaiknya menggunakan air matang dan bukan air yang berasal dari rendaman yang tidak bersih.
Baca juga: Dua Penemuan Ini Mampu Cek Kandungan Boraks Pada Makanan
(hrn/up)












































Banyak ragam menu berbuka yang menggunakan kolang-kaling, misalnya kolak dan manisan (Foto: Manisan Kolang-kaling)