Kemenkes Tanggapi Meninggalnya Dokter Anestesi Saat Piket Lebaran

Kemenkes Tanggapi Meninggalnya Dokter Anestesi Saat Piket Lebaran

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Kamis, 29 Jun 2017 09:16 WIB
Kemenkes Tanggapi Meninggalnya Dokter Anestesi Saat Piket Lebaran
Ilustrasi: Getty Images
Jakarta - Kementerian Kesehatan RI menyampaikan duka cita atas meninggalnya dr Stefanus Taofik, dokter anestesi yang meninggal saat piket lebaran. Informasi yang diterima dari RS, dr Stefanus tidak menggantikan seniornya.

"Dari penjelasan pihak rumah sakit, dokter Stefanus tidak kelebihan jam kerja. Pasiennya yang ditangani juga tidak banyak", kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi.

Baca juga: Viral, Seorang Dokter Anestesi Dikabarkan Meninggal Saat Piket Lebaran

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oscar menyebutkan dokter Stefanus sebagai dokter jaga anestesi tanggal 24 Juni 2017 pukul 13.00 WIB sampai dengan tanggal 25 Juni 2017 pukul 20.00 WIB. Dengan alasan pasien tidak banyak dan tidak ada kegiatan lain, almarhum meminta berganti jaga dengan dokter anestesi lain.

Keterangan serupa juga disampaikan oleh Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Dr Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, MKes. Menurut dr Andi, almarhum hanya menangani satu pasien.

Baca juga: Bukan 5 Hari, Dokter Stefanus Meninggal Setelah Jaga 2x24 Jam

"Kami konfirmasi ke rumah sakit, bahwa almarhum tidak menggantikan seniornya yang berlebaran", lanjut Oscar.

RSPI Bintaro Jaya menyebutkan telah menyiapkan dua dokter spesialis purna waktu yang siap jika dipanggil (on call). Selama dua hari bertugas, almarhum menangani satu pasien ICU dan pasien operasi jenis sedang.

Baca juga: Dokter Anestesi Meninggal Saat Piket Lebaran, Akibat Overworked?

Dari informasi, dokter Stefanus Taofik bekerja sebagai dokter anestesiologi di RS Pondok Indah Bintaro Jaya dan RS Jantung Diagram Cinere. Almarhum juga peserta program fellow terapi intensif pada semester dua di RS Cipto Mangunkusumo. Sebagai peserta fellow KIC (Konsultan Intensive Care) ditugaskan hanya 1 hari dalam 1 bulan mulai sore pukul 15.30 sampai 21.00.

Mengenai penyebab meninggalnya dr Stefanus, belum ada pihak yang memberikan keterangan resmi hingga berita ini diturunkan. "Saya belum dapat konfirmasi mengenai hal ini, kalau ada kita akan update," kata Oscar.

Surat klarifikasi dari perhimpunan dokter anestesi tidak menyebut penyebab meninggalnya dr Stefanus, termasuk dugaan mengidap Takotsubo Syndrome (dikenal juga dengan istilah broken-heart syndrome) sebagaimana informasi yang beredar di medsos.Surat klarifikasi dari perhimpunan dokter anestesi tidak menyebut penyebab meninggalnya dr Stefanus, termasuk dugaan mengidap Takotsubo Syndrome (dikenal juga dengan istilah broken-heart syndrome) sebagaimana informasi yang beredar di medsos. (Foto: Perdatin)


Sementara itu, berbagai spekulasi tentang penyebab meninggalnya dr Stefanus juga beredar di media sosial. Di antaranya adalah dugaan mengidap kelainan sistem peredaran darah Brugada Syndrome dan Takotsubo Cardiomyopathy, yang dikenal juga sebagai broken-heart syndrome.

Beredar info dr Stefanus Taofik mengidap Brugada SyndromeInformasi lain yang mengatasnamakan Dr Arif HM Marsaban, SpAn(K), menyebut dr Stefanus Taofik mengidap Brugada Syndrome (Foto: viral @blogdokter)


Baca juga: PERSI: Dokter Stefanus Meninggal Bukan karena Overworked

(up/up)

Berita Terkait