Dikaitkan dengan Kasus Dokter Stefanus, Apa Sih Brugada Syndrome?

Dikaitkan dengan Kasus Dokter Stefanus, Apa Sih Brugada Syndrome?

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Kamis, 29 Jun 2017 23:07 WIB
Dikaitkan dengan Kasus Dokter Stefanus, Apa Sih Brugada Syndrome?
Dokter Stefanus dikabarkan mengidap gangguan irama jantung (Foto: Getty Images)
Jakarta - Beredar kabar bahwa dr Stefanus Taofik, dokter anestesi yang meninggal saat piket lebaran, mengidap brugada syndrome. Terlepas dari benar tidaknya kabar tersebut, banyak yang penasaran dengan kelainan tersebut.

Dikutip dari Mayo Clinic, brugada syndrome merupakan gangguan irama jantung yang bisa mengancam jiwa dan kadang-kadang diwariskan. Seseorang dengan brugada sindrom punya peningkatan risiko ketidaknormalan irama jantung dari bilik jantung (ventricularis arrhytmias).

Akibat dari ketidaknormalan ini, jantung tidak bisa efektif memompa darah ke seluruh tubuh. Dampaknya bisa menyebabkan pingsan jika gangguan berlangsung hanya sesaat, dan kematian akibat serangan jantung mendadak jika berlangsung lama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Dokter Anestesi Meninggal Saat Piket Lebaran, Akibat Overworked?

Beberapa orang yang mengidap brugada syndrom tidak mengalami gejala, sehingga tidak menyadarinya. Kelainan yang lebih banyak dijumpai pada laki-laki ini bisa dideteksi dengan elektrokardiogram (ECG) dengan pola tertentu.

Brugada syndrome biasanya terdeteksi pada orang dewasa, dan kadang-kadang pada remaja. Sindrom ini jarang sekali didagnosis pada anak-anak.

Baca juga: PERSI: Dokter Stefanus Meninggal Bukan karena Overworked

Kabar bahwa dr Stefanus mengidap brugada syndrome beredar dari sebuah percakapan di sebuah grup instant messenger. Percakapan tersebut beredar luas alias viral di media sosial, namun belum ada pihak yang mengkonfirmasi kebenarannya.

Dugaan dr Stefanus mengidap brugada syndrome bermula dari percakapan di instant messenger yang menjadi viralDugaan dr Stefanus mengidap brugada syndrome bermula dari percakapan di instant messenger yang menjadi viral (Foto: viral)


"Saya menyampaikan sebatas surat yang disampaikan RSPI (RS Pondok Indah). Coba ditelusuri ke ayah kandungnya, karena ayahnya juga dokter," kata Kuntjoro Adi Purjanto, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).

Baca juga: Viral, Seorang Dokter Anestesi Dikabarkan Meninggal Saat Piket Lebaran

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Dr Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, MKes, juga mengaku belum mendapat informasi tentang riwayat penyakit salah satu anggotanya tersebut. Soal dugaan mengidap brugada syndrome, ia tidak mendapat laporannya.

"Saya belum dengar soal itu," kata dr Andi.

Baca juga: Bukan 5 Hari, Dokter Stefanus Meninggal Setelah Jaga 2x24 Jam

(up/up)

Berita Terkait