Psikolog dari klinik Personal Growth, Veronica Adesla, mengatakan bullying adalah manifestasi dari konsep diri yang negatif. Sekilas tindakan pelaku bullying memang seperti bercanda, namun sejatinya ia ingin mengintimidasi agar terlihat keren dan hebat.
"Pelaku tidak memiliki kemampuan untuk regulasi diri, mengelola emosi, dan menyelesaikan masalah secara sehat. Untuk mendapatkan kepuasan pribadi dan pengakuan, agar dipandang dan dihormati, ia mengintimidasi orang lain," ungkap Veronica saat dihubungi detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan Veronica, pelaku bully berpikiran bahwa dengan mengintimidasi orang lain, ia akan terlihat keren, hebat dan berkuasa. Padahal belum tentu hal itu yang dilihat oleh orang lain.
Sangat mungkin, pelaku bullying justru terlihat tidak keren, tidak hebat, bahkan malah membuat nama baik mereka tercemar. Apalagi di era sekarang ini, di mana teknologi informasi sudah berkembang pesat dan penggunaan media sosial dilakukan setiap hari.
"Keren dan hebat itu memberikan kontribusi positif untuk lingkungan, masyarakat dan negara dengan kompetensi yang dimiliki," tambah Veronica lagi.
Baca juga: Tak Boleh Ada Pembiaran, Begini Seharusnya Bersikap Jika Ada Bullying
Sebelumnya, dr Andri SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera, mengatakan bullying memang bisa menimpa siapa saja. Namun tidak semua orang memiliki sifat bully dan bisa menjadi pelaku bullying.
Pelaku bully pun rentan memiliki masalah, baik itu masalah keluarga maupun masalah dengan lingkungan sekitar. Karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik, maka muncul ide untuk melampiaskannya dengan mem-bully orang lain.
"Seorang pelaku bully bisa kelihatan sifatnya, yakni egois, mau menang sendiri, dan sering meledek orang lain yang memiliki kekurangan," tutur dr Andri.
Baca juga: Ciri-ciri Mental Pelaku Bullying: Egois dan Mau Menang Sendiri
(mrs/fds)











































