Istilah-istilah terkait gangguan kejiwaan, menurut dr Andri, SpKJ sering digunakan dengan tidak tepat. Sebutan gila atau tidak waras misalnya, sebenarnya tidak spesifik menjelaskan jenis gangguan jiwa yang seperti apa dan malah cenderung menambah stigma negatif.
"Tapi namanya juga awam, wajar saja kalau masih menggunakan istilah seperti gila," kata psikiater dari Klinis Psikosomatik Omni Hospital Alam Sutera tersebut, kepada detikHealth, Selasa (26/9/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Andri, seseorang tidak bisa serta merta diasumsikan punya gangguan jiwa hanya karena pemikirannya berbeda. Jika memang istri Aris meyakini suaminya punya masalah dengan kejiwaan, maka seharusnya sejak awal diperiksakan ke dokter jiwa.
Dalam berbagai kasus, orang-orang dengan gangguan jiwa memang kerap memiliki pola pikir dan perasaan yang berbeda. Bahkan, punya keyakinan yang salah dan bisa ditularkan ke orang lain. Lingkungan terdekat harus peka dan berinisiatif membawa orang-orang dengan gejala seperti ini ke dokter, untuk diperiksa.
"Memang susah. Beberapa masalah gangguan kejiwaan itu, yang mengalami tidak menyadari kalau dirinya mengalami gangguan jiwa," kata dr Andri.
Ditegaskan pula oleh dr Andri, gangguan jiwa ada berbagai jenis dan tahapan. Orang-orang dengan masalah dalam pikiran, perasaan, maupun perilaku, bisa saja disebut mengalami gejala gangguan kejiwaan.
Baca juga: Bos nikahsirri.com Tak Bisa Disebut Gila Bila Belum Diperiksa Ahli
(up/up)











































