Tomas Stahl, peneliti psikologi sosial dari University of Illinois, melakukan survei kepada 300 partisipan. Para partisipan menjalankan tes IQ lalu diberi beberapa berita yang mengandung unsur hoax.
Baca juga: Akibat Hoax di Medsos, Psikiater Makin Mudah Temukan Pasien Gangguan Jiwa
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika Anda memutuskan sesuatu berdasarkan kepercayaan tanpa logika dan bukti-bukti, maka hasilnya sama saja antara orang dengan kemampuan intelegensia yang tinggi maupun rendah," tutur Stahl, dikutip dari EurekAlert!
Lebih lanjut, Stahl mengatakan tidak semua orang dengan kemampuan intelegensia yang tinggi mampu berpikir kritis. Mereka bisa saja skeptis terhadap suatu kabar atau fenomena, namun tidak mendasarinya dengan logika dan bukti-bukti.
Hal inilah yang membuat fenomena berita hoax dan paranormal masih menjadi bahan perbincangan yang menarik. Dikatakan Stahl, orang-orang dengan kemampuan berpikir kritis biasanya akan mencoba membuktikan sesuatu terlebih dahulu, sebelum mengambil sikap percaya atau tidak percaya.
"Ada juga kalangan yang tidak mempercayai sesuatu tanpa mencoba menganalisisnya terlebih dahulu, dan menganggap apa yang diberitakan atau diperdebatkan ini tidak penting dan tidak relevan," tutupnya.
Baca juga: Stres karena Berita Hoax Bisa Bangkitkan Trauma Lama
(mrs/up)











































