Konsultan Infeksi Tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr dr Hindra Irawan Satari, SpA(K), mengatakan KLB difteri ini tidak jauh berbeda seperti bom yang meledak. Hal ini karena berbagai pihak lalai membiarkan cakupan imunisasi terus berkurang selama sembilan tahun terakhir.
Apakah itu karena ada penolakan atau memang jangkauan program imunisasi daerah yang tidak baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bom meledak karena sembilan tahun kaya begini. Sampai Jakarta kena baru semua pada gelisah. Enggak mungkin (KLB -red) datang tiba-tiba, dia pasti sudah kasih sinyal lampu kuning," kata dr Hindra saat ditemui di Nutrifood Inspiring Center, Apartemen Menteng Square Tower, Jakarta Pusat, Selasa (19/12/2017).
Vaksin untuk difteri sendiri sudah umum digunakan sejak tahun 1890-an. Lebih dari 100 tahun digunakan efektivitas vaksin untuk mencegah difteri mencapai 95 persen sehingga seharusnya penyakit sudah sejak lama dapat dieliminasi.
Hanya saja ketika dunia mulai jarang mendengar kasus difteri kesadaran masyarakat pun menurun dan menganggap remeh.
"Masyarakat sudah lengah menyangka penyakit ini sudah enggak ada. Dampaknya ya seperti yang kita alami sekarang," pungkas dr Hindra.
Baca juga: Wabah Difteri di Indonesia Jadi Sorotan Media Internasional (fds/up)











































