Waspada! Selain Stroke, 5 Penyakit Ini Juga Bisa Sebabkan Kelumpuhan

Waspada! Selain Stroke, 5 Penyakit Ini Juga Bisa Sebabkan Kelumpuhan

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Selasa, 27 Feb 2018 09:40 WIB
Waspada! Selain Stroke, 5 Penyakit Ini Juga Bisa Sebabkan Kelumpuhan
Bukan cuma stroke yang jadi penyebab kelumpuhan. Foto: Thinkstock
Jakarta - Kelumpuhan erat kaitannya dengan penyakit stroke, meskipun pada kenyataannya, penyebabnya bisa sangat beragam. Mulai dari trauma hingga penyakit, ada sejumlah hal yang dapat menyebabkan masalah tersebut.

Dirangkum detikHealth, Selasa (27/2/2018), berikut ini adalah beberapa penyakit yang bisa menimbulkan kelumpuhan bagi seseorang yang terjangkiti. Simak selengkapnya untuk pemahaman lebih baik.

Baca juga: Terancam Lumpuh karena Kegemukan, Begini Cara Iten Pangkas Bobot 35 Kg

Foto: Thinkstock
Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan yang membuat sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Sindrom ini terbilang jarang dan hanya mempengaruhi 1-2 orang per 100.000, tapi bisa menyerang siapapun tanpa memandang usia. Penyakit ini seringkali diikuti dengan infeksi ringan seperti infeksi paru-paru atau pencernaan.

Kerusakan pada bagian saraf ini akan menyebabkan kesemutan, kelemahan otot dan kelumpuhan. Sindrom ini paling sering mempengaruhi saraf penutup (myelin sheath) yang disebut demielinasi yang menyebabkan sinyal saraf untuk bergerak jadi lebih lambat. Sedangkan kerusakan pada saraf lain bisa membuat saraf berhenti bekerja sama sekali.

Foto: ilustrasi/thinkstock
Bell's Palsy merupakan gangguan saraf yang memicu kelumpuhan otot wajah. Gejalanya mirip dengan stroke, tetapi umumnya tidak berbahaya. Gangguan ini dipicu oleh infeksi, dan banyak dikaitkan dengan paparan AC (Air Conditioner) yang terus menerus.

Dalam perbincangan dengan detikHealth beberapa waktu lalu, dr Frandy Susatia, SpS dari RS Siloam Kebon Jeruk menjelaskan beberapa gejalanya seperti tidak bisa mengangkat alis ke atas dan sulit untuk tersenyum.

"Bedanya dengan stroke, ada kelumpuhan saraf wajah dan disertai dengan kelumpuhan tangan dan kaki di satu sisi. Bell's palsy, hanya kelumpuhan otot wajah saja," jelas dr Frandy.

Foto: Thinkstock
Transverse mielitis adalah peradangan pada tulang belakang yang menyerang lapisan mielin, yaitu selaput yang menyelimuti serat sel saraf. Masalah kesehatan ini dapat menyebabkan cedera tulang belakang dan dapat disebabkan oleh infeksi yang tidak secara langsung mempengaruhi tulang belakang atau gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh sendiri. Dapat juga merupakan sebagai suatu gejala gangguan mielin lainnya, seperti multiple sclerosis.

Gangguan penyampaian sinyal saraf akibat transverse mielitis dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan saraf, kelumpuhan otot, dan disfungsi usus atau kandung kemih. Pengobatannya dapat menggunankan obat anti radang, pengobatan untuk mengelola gejala dan terapi rehabilitasi.

Foto: istimewa
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah penyakit yang menyerang sistem motorik saraf sehingga penyandangnya perlahan akan kehilangan kemampuan otot dan jadi lumpuh. Stephen Hawking adalah salah satu contoh tokoh terkenal yang mengidapnya.

Data secara global, dikatakan oleh dr Sheila Agustini, SpS, dari Mayapada Hospitals beberapa waktu lalu, ALS memengaruhi sekitar 2 dari 100 ribu orang. Di Amerika prognosisnya lebih sering lagi sekitar 5.600 per tahun atau 15 kasus setiap hari. Penyebab ALS hingga saat ini masih belum diketahui dan belum ada obat yang bisa menyembuhkannya.

Foto: Getty Images
Meskipun fibrilasi atrium bukanlah yang paling fatal dari jenis aritmia, penyakit ini ternyata adalah kelainan yang paling sering dialami pasien dengan gangguan denyut jantung. Prevalensi yang ada dari total populasi di Indonesia sendiri mencapai sekitar 1 persen atau kira-kira sebanyak 2,6 juta penduduk.

Di samping itu, FA juga bisa mengakibatkan kelumpuhan. Ini disebabkan karena darah di dalam serambi tidak mengalir dengan baik. Kuping jantung yang tidak baik aliran darahnya akan membuat gumpalan darah yang bisa menyebar dalam tubuh.

"Gumpalan darahnya tidak hanya di situ, gumpalan darah yang lepas itu berenang bisa ke mana-mana, salah satunya ke otak. Kalau menyumbat otak? Terjadilah stroke. Risiko strokenya meningkat hingga 500 persen atau 5 kali lebih tinggi," jelas Ketua Indonesian Heart Rhythm Society Meeting (InaHRS), dr Dicky Armein Hanafy, SpJP (K) FIHA.
Halaman 2 dari 6
Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan yang membuat sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Sindrom ini terbilang jarang dan hanya mempengaruhi 1-2 orang per 100.000, tapi bisa menyerang siapapun tanpa memandang usia. Penyakit ini seringkali diikuti dengan infeksi ringan seperti infeksi paru-paru atau pencernaan.

Kerusakan pada bagian saraf ini akan menyebabkan kesemutan, kelemahan otot dan kelumpuhan. Sindrom ini paling sering mempengaruhi saraf penutup (myelin sheath) yang disebut demielinasi yang menyebabkan sinyal saraf untuk bergerak jadi lebih lambat. Sedangkan kerusakan pada saraf lain bisa membuat saraf berhenti bekerja sama sekali.

Bell's Palsy merupakan gangguan saraf yang memicu kelumpuhan otot wajah. Gejalanya mirip dengan stroke, tetapi umumnya tidak berbahaya. Gangguan ini dipicu oleh infeksi, dan banyak dikaitkan dengan paparan AC (Air Conditioner) yang terus menerus.

Dalam perbincangan dengan detikHealth beberapa waktu lalu, dr Frandy Susatia, SpS dari RS Siloam Kebon Jeruk menjelaskan beberapa gejalanya seperti tidak bisa mengangkat alis ke atas dan sulit untuk tersenyum.

"Bedanya dengan stroke, ada kelumpuhan saraf wajah dan disertai dengan kelumpuhan tangan dan kaki di satu sisi. Bell's palsy, hanya kelumpuhan otot wajah saja," jelas dr Frandy.

Transverse mielitis adalah peradangan pada tulang belakang yang menyerang lapisan mielin, yaitu selaput yang menyelimuti serat sel saraf. Masalah kesehatan ini dapat menyebabkan cedera tulang belakang dan dapat disebabkan oleh infeksi yang tidak secara langsung mempengaruhi tulang belakang atau gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh sendiri. Dapat juga merupakan sebagai suatu gejala gangguan mielin lainnya, seperti multiple sclerosis.

Gangguan penyampaian sinyal saraf akibat transverse mielitis dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan saraf, kelumpuhan otot, dan disfungsi usus atau kandung kemih. Pengobatannya dapat menggunankan obat anti radang, pengobatan untuk mengelola gejala dan terapi rehabilitasi.

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah penyakit yang menyerang sistem motorik saraf sehingga penyandangnya perlahan akan kehilangan kemampuan otot dan jadi lumpuh. Stephen Hawking adalah salah satu contoh tokoh terkenal yang mengidapnya.

Data secara global, dikatakan oleh dr Sheila Agustini, SpS, dari Mayapada Hospitals beberapa waktu lalu, ALS memengaruhi sekitar 2 dari 100 ribu orang. Di Amerika prognosisnya lebih sering lagi sekitar 5.600 per tahun atau 15 kasus setiap hari. Penyebab ALS hingga saat ini masih belum diketahui dan belum ada obat yang bisa menyembuhkannya.

Meskipun fibrilasi atrium bukanlah yang paling fatal dari jenis aritmia, penyakit ini ternyata adalah kelainan yang paling sering dialami pasien dengan gangguan denyut jantung. Prevalensi yang ada dari total populasi di Indonesia sendiri mencapai sekitar 1 persen atau kira-kira sebanyak 2,6 juta penduduk.

Di samping itu, FA juga bisa mengakibatkan kelumpuhan. Ini disebabkan karena darah di dalam serambi tidak mengalir dengan baik. Kuping jantung yang tidak baik aliran darahnya akan membuat gumpalan darah yang bisa menyebar dalam tubuh.

"Gumpalan darahnya tidak hanya di situ, gumpalan darah yang lepas itu berenang bisa ke mana-mana, salah satunya ke otak. Kalau menyumbat otak? Terjadilah stroke. Risiko strokenya meningkat hingga 500 persen atau 5 kali lebih tinggi," jelas Ketua Indonesian Heart Rhythm Society Meeting (InaHRS), dr Dicky Armein Hanafy, SpJP (K) FIHA.

(ask/up)

Berita Terkait