Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun sudah membantah kebenaran isu tersebut dengan mengeluarkan rilis yang dipublikasikan pada laman resminya. Kali ini, giliran pakar yang mengomentari soal isu tersebut.
Dihubungi oleh detikHealth melalui pesan singkat, Dr Rita Ramayulis, DCN, MKes, nutrisionis dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) menyampaikan pendapatnya mengenai hal tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, kemasan plastik terbuat dari beberapa zat kimia yang ketika terkena panas zat kimianya sebagian akan terlepas. Berbagai penelitian sebenarnya memang menemukan beberapa zat kimia seperti antimony, ftalat, funarat, maleat, BPS pada air yang berada dalam kemasan plastik yang sudah terpapar panas.
"Namun demikian dosisnya sangat rendah, bahkan terkadang bisa diabaikan. Artinya jika dikonsumsi sekali-kali tidak bermasalah," kata dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 tersebut.
Namun jika minuman tersebut dikonsumsi kelompok rentan, seperti anak anak, ibu hamil, atau orang usia lanjut, Dr menekankan memang harus lebih waspada.
"Walau bagaimanapun zat kimia tersebut sangat mungkin terakumulasi pada tubuh yang pada umumnya bekerja memblokir aktivitas berbagai hormon. Saran saya sebaiknya memang ketika konsumsi air kemasan segera dihabiskan saja, atau memang disimpan dalam suhu yang sesuai," ungkapnya.
Dioxin yang terakumulasi berdampak berbahaya bagi tubuh karena dapat mengacaukan metabolisme tubuh dan bisa jadi pencetus kanker. Karena itu, larangan mengunakan dioxin dalam pembuatan plastik pun sudah marak diberlakukan.
Baca juga: Banyak Disebut Terkait Pembalut Berbahaya, Apa Sih Klorin dan Dioksin? (ask/up)











































