Namun, ternyata pada tahun 2017 lalu Burton menyadari bahwa gigitan kutu hampir merenggut nyawanya. Selama berbulan-bulan ia mengalami reaksi alergi dengan gejala muntah, diare, dan syok anafilaksis.
Burton kemudian mengunjungi dokter ahli alergi-imunologi di daerah setempat dan menjalankan pemeriksaan alergi. Hasilnya ternyata ia didiagnosis sindrom alpha-gal atau dikenal dengan alergi terhadap daging merah yang disebabkan oleh gigitan kutu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diagnosis itu dianggapnya suatu 'berkah', namun Burton tak memungkiri bahwa dirinya sempat tertekan saat pertama kali tahu hal tersebut. Berkahnya, daging termasuk makanan yang dikurangi dalam program dietnya.
"Ini akan jadi gaya hidup yang benar-benar baru," tegasnya.
Ia harus menghindari daging merah seperti sapi, babi, gelatin, dan produk yang mengandung mamalia. Bahkan Burton cemas jika harus mendapatkan vaksin yang dibuat dengan produk hewani atau memiliki gelatin.
"Saya ingat menangis dan sangat marah ketika orang-orang berkata 'sayang sekali, kamu akan kehilangan barbekyu di akhir pekan'. Mereka tidak pernah tahu tingkat keparahannya seperti apa, itu bisa sangat mematikan," tandasnya.
Jumlah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi dan kutu dari 2004 hingga 2016 menurut laporan yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), rata-rata ada 30.000 kasus penyakit Lyme yang dilaporkan ke agen kesehatan setiap tahunnya.
Sekarang Burton melakukan semua yang ia bisa untuk meningkatkan kesadaran akan alpha-gal dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan. Serta mendorong semua orang untuk memakai pembasmi kutu dan mencuci pakaian dengan air panas sesegera mungkin setelah mengunjungi area kehutanan.
"Itu bagian dari misi saya, kesadaran masyarakat. Karena tidak ada obatnya, menghindari digigit adalah yang terpenting. Pencegahan adalah kuncinya," tegas Burton.
(wdw/up)











































