Waduh, 5 Gejala Serius Ini Bisa Timbul pada Pengidap OCD

Waduh, 5 Gejala Serius Ini Bisa Timbul pada Pengidap OCD

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Minggu, 13 Mei 2018 09:15 WIB
Waduh, 5 Gejala Serius Ini Bisa Timbul pada Pengidap OCD
Foto: Thinkstock
Jakarta - Beberapa waktu lalu dilaporkan kematian dua saudara kembar asal Colorado yang ditemukan tertembak di dalam mobil yang mereka kendarai. Kedua gadis tersebut mengidap kelainan mental obsessive compulsive disorder (OCD) yang diduga berbuah perjanjian bunuh diri.

OCD yang mereka idap membuat keduanya jarang meninggalkan rumah saking parahnya. Bahkan disebut-sebut dalam beberapa media mereka mandi selama 10 jam tiap harinya dan menghabiskan satu batang sabun agar benar-benar bersih.

Kelainan mental ini bisa mempunyai beberapa gejala dan kondisi serius lainnya akibat frustasi yang mereka rasakan dan harus dilakukan berulang-ulang, bahkan hingga kematian. Berikut 5 gejala dan kondisi serius yang sudah dirangkum oleh detikHealth:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Depresi

Foto: Thinkstock
Seringnya, mereka yang mengidap OCD terpenjara dalam beberapa kebiasaan dan ritual tertentu yang dapat membuat kualitas hidup mereka menurun, yang lalu mengakibatkan depresi.

"Itu salah satu alasan tingginya kasus depresi dengan OCD karena hal tersebut mengganggu hidup mereka dengan cara yang signifikan. Kebanyakan akan mengganggu hubungan atau kemampuan untuk bekerja secara efektif atau pergi ke sekolah," kata Eric Storch, profesor psikiatri di Baylor College of Medicine, Texas, dikutip dari Health Line.

Masalah bunuh diri

Foto: Thinkstock
Ingin bunuh diri bukan hal yang tak lazim mampir ke pikiran pengidap OCD. Saking seringnya pikiran tersebut bercokol di otak, mereka jadi berpikir bahwa bunuh diri adalah satu-satunya solusi.


"Makin parah OCD seseorang, yang sering kali bertepatan dengan tidak menanggapi intervensi, semakin besar kemungkinan mereka untuk mulai berpikir tentang bunuh diri," kara Prof Storch.

Body dysmorphic disorder

Foto: Thinkstock
Kelainan ini ditunjukkan dengan gejala pada pengidap OCD yang terus-terusan berpikir bahwa tubuhnya cacat atau jelek. Pikiran negatif ini bisa menyebabkan stres emosional akut dan permasalahan dalam keseharian.

Kadang, body dysmorphic disorder ini juga mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan OCD itu sendiri, misal sering mencabut kulit sendiri, merawat diri serta olahraga yang berlebihan.

Hoarding disorder

Suasana kamar seorang pengidap hoarding disorder (Foto: BMJ Case Reports)
Selain melakukan ritual yang sama terus-menerus, pengidap OCD juga cenderung suka 'nyampah'. Biasanya gejala dari kelainan ini terlihat dari susahnya mereka membuang barang-barang yang mereka miliki.

Biasanya disertai dengan kecemasan; mereka mungkin tak mau menyingkirkannya tapi juga merasa malu karena barang-barang tersebut. Akhirnya mereka menumpuk semua barang-barang tersebut.

Dalam kasus yang serius, bisa mengganggu kehidupan sehari-hari, yaitu berkurangnya area fisik (karena menumpuknya barang), masalah sosial dan bahkan bahaya kesehatan karena kondisi kebersihan yang tak aman (misal barang yang ditumpuk adalah barang yang mudah membusuk).

Masalah dalam berhubungan

Foto: Thinkstock
Bukan hal yang tak lumrah bila keresahan yang dirasakan oleh pengidap OCD dapat mengganggu hubungan mereka, seperti pada pernikahan dan teman kencan jika tak segera ditangani.

Seringnya, pengidap OCD terus-terusan berpikir dan meragukan pasangannya. Hal ini bisa dikaitkan dengan tingkat daya tarik serta terus-terusan memberi pertanyaan mengenai kelayakan pasangan mereka.

Untuk menghindari kelima hal tadi, OCD dapat disembuhkan melalui terapi perilaku kognitif dan pengobatan antidepresi. Prof Storch menyebutkan 85 persen pasiennya merespon baik pada kedua terapi tersebut atau kombinasi dari keduanya.

Halaman 2 dari 6
Seringnya, mereka yang mengidap OCD terpenjara dalam beberapa kebiasaan dan ritual tertentu yang dapat membuat kualitas hidup mereka menurun, yang lalu mengakibatkan depresi.

"Itu salah satu alasan tingginya kasus depresi dengan OCD karena hal tersebut mengganggu hidup mereka dengan cara yang signifikan. Kebanyakan akan mengganggu hubungan atau kemampuan untuk bekerja secara efektif atau pergi ke sekolah," kata Eric Storch, profesor psikiatri di Baylor College of Medicine, Texas, dikutip dari Health Line.

Ingin bunuh diri bukan hal yang tak lazim mampir ke pikiran pengidap OCD. Saking seringnya pikiran tersebut bercokol di otak, mereka jadi berpikir bahwa bunuh diri adalah satu-satunya solusi.


"Makin parah OCD seseorang, yang sering kali bertepatan dengan tidak menanggapi intervensi, semakin besar kemungkinan mereka untuk mulai berpikir tentang bunuh diri," kara Prof Storch.

Kelainan ini ditunjukkan dengan gejala pada pengidap OCD yang terus-terusan berpikir bahwa tubuhnya cacat atau jelek. Pikiran negatif ini bisa menyebabkan stres emosional akut dan permasalahan dalam keseharian.

Kadang, body dysmorphic disorder ini juga mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan OCD itu sendiri, misal sering mencabut kulit sendiri, merawat diri serta olahraga yang berlebihan.

Selain melakukan ritual yang sama terus-menerus, pengidap OCD juga cenderung suka 'nyampah'. Biasanya gejala dari kelainan ini terlihat dari susahnya mereka membuang barang-barang yang mereka miliki.

Biasanya disertai dengan kecemasan; mereka mungkin tak mau menyingkirkannya tapi juga merasa malu karena barang-barang tersebut. Akhirnya mereka menumpuk semua barang-barang tersebut.

Dalam kasus yang serius, bisa mengganggu kehidupan sehari-hari, yaitu berkurangnya area fisik (karena menumpuknya barang), masalah sosial dan bahkan bahaya kesehatan karena kondisi kebersihan yang tak aman (misal barang yang ditumpuk adalah barang yang mudah membusuk).

Bukan hal yang tak lumrah bila keresahan yang dirasakan oleh pengidap OCD dapat mengganggu hubungan mereka, seperti pada pernikahan dan teman kencan jika tak segera ditangani.

Seringnya, pengidap OCD terus-terusan berpikir dan meragukan pasangannya. Hal ini bisa dikaitkan dengan tingkat daya tarik serta terus-terusan memberi pertanyaan mengenai kelayakan pasangan mereka.

Untuk menghindari kelima hal tadi, OCD dapat disembuhkan melalui terapi perilaku kognitif dan pengobatan antidepresi. Prof Storch menyebutkan 85 persen pasiennya merespon baik pada kedua terapi tersebut atau kombinasi dari keduanya.

(ask/ask)

Berita Terkait