Masing-masing punya risiko dan kelebihannya sendiri. Menutup jendela, tentu mencegah polusi dari lingkungan masuk ke kabin. Tetapi risikonya, sirkulasi udara tidak lancar. Jika ada banyak penumpang di kendaraan, maka bisa terjadi penumpukan gas CO2 (karbondioksida).
Pakar endokrinologi dari Universitas Indonesia, dr Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, PhD, kepada detikHealth menyebut kondisi cuaca pada saat itu bisa menjadi salah satu pertimbangan untuk memutuskan. Apakah jendela mau dibuka, atau dibiarkan tertutup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapat senada juga disampaikan ahli pencernaan dari RS Cipto Mangunkusumo, Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, FINASIM, yang juga dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, faktor cuaca dan kualitas udara perlu diperhitungkan.
"Kalau di luar cukup panas dan banyak polusi udara sebaiknya tidak membuka jendela pintu mobil, kalau sebaliknya tidak apa-apa," jelas dr Ari.
Dari sudut pandang kejiwaan, psikolog Universitas Indonesia, Bona Sardo, M.Psi, menyebut faktor kenyamanan juga bisa jadi pertimbangan. Bagaimanapun, perjalanan jauh membuat emosi seseorang jadi lebih labil sehingga butuh kondisi yang nyaman untuk membuatnya lebih stabil.
"Kalau dengan AC lebih nyaman dan jadi tidak emosional, ya lebih baik nyalakan AC. Tapi kalau malah mikir ekonomis dan kualitas mesin, ya mending dimatikan dulu," jelas Bona.
Bagaimana dengan kamu, pilih buka jendela atau menyalakan AC?
Ceritakan alasannya di komentar ya.











































