Salah Kaprah, Jamu Sebenarnya Untuk Mencegah Bukan Mengobati

Salah Kaprah, Jamu Sebenarnya Untuk Mencegah Bukan Mengobati

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Jumat, 20 Jul 2018 09:08 WIB
Salah Kaprah, Jamu Sebenarnya Untuk Mencegah Bukan Mengobati
Hingga kini jamu masih dipandang sebagai pengobatan alternatif dari obat dokter. Namun ternyata pandangan tersebut salah kaprah. Foto: Imam Suripto/detikcom
Jakarta - Jamu atau tanaman herbal masih cukup erat di kalangan masyarakat Indonesia sebagai pengobatan tradisional. Selain sebagai pengobatan tradisional, jamu juga kerap kali dipandang sebagai alternatif dari obat dokter.

Akan tetapi ternyata pandangan tersebut salah. Ir Heru Wardana, M Hort Sc, kepala pengelola dari Kampoeng Djamoe Organik di Cikarang, Jawa Barat, menegaskan bahwa jamu sejatinya lebih merupakan pencegah ketimbang obat.

"Jamu sebenarnya memang ada unsur curative-nya, mengobati itu ada. Tapi tidak sekaligus lho ya. Nggak kayak kimia. Misal lagi demam, cess langsung kasih paracetamol. Terus misalnya anti inflamasi, radang, langsung kasih kimia, selesai radangnya," tuturnya kepada wartawan, Kamis (19/7/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam dunia kesehatan, ia melanjutkan, peran jamu adalah sebagai preventif dan promotif. Jadi lebih kepada mencegah penyakit bukannya mengobati, namun juga bisa mengobati tapi tidak secara langsung dan sekaligus seperti obat dokter.


Saksikan juga video 'Minum Jamu Yuk, Agar Badan Tetap Fit':

[Gambas:Video 20detik]



Heru menyebut bahwa aplikasi jamu di masyarakat kini salah kaprah. Beredarnya banyak iklan jamu herbal yang mengklaim dapat mengobati penyakit tertentu secara kilat juga termasuk salah satu yang mengubah mindset masyarakat terhadap jamu, di mana seharusnya meminum jamu dilakukan saat sehat bukan saat sakit.

"Sering minum jamu membuat sistem imun kita kuat, antibodi kuat. Sakit itu kan ada virus masuk dan saat antibodi kita lemah. Tuhan udah menciptakan kita sempurna, dan di dalam kita sudah ada obat. Yakni antibodi tadi, sel darah putih, sistem imun," imbuh dia lagi.

Mengubah mindset memang tidak mudah, tapi kini pengenalan kembali ke jamu dan tanaman herbal khususnya pada anak muda kembali digalakkan. Dan juga lewat Kampoeng Djamoe Organik yang dikelola sejak tahun 1996 dengan berbagai tanaman obat, kosmetika dan aromatik (OKA) sebagai lahan konservasi serta penelitian yang menunjang kebutuhan industri jamu akan bahan baku nabati.

"Makanya ada cabang dalam ilmu kesehatan pengobatan namanya naturopathy. Jadi mengobati orang bukan dari symptom (gejalanya) nya tapi dari sumbernya. Tapi naifnya kita, menjamur ahli obat, tabib, tapi sebenarnya dia nggak mengobati secara langsung ya. Jadi kalau orang abis dari situ langsung sembuh, berarti itu ada yang lain. pasti pakai kimia."

"Jadi minumlah jamu daun binahong agar tidak terkena hipertensi. Minumlah jamu beras kencur sebelum demam. Kalaupun ingin mengobati, lihat misal ada tren atau kecenderungan pusing karena darah tinggi, minum jamu sambung nyawa, seminggu biasanya udah enakan," tandasnya.

Salah Kaprah, Jamu Sebenarnya Untuk Mencegah Bukan Mengobati
(frp/up)

Berita Terkait