Kanker darah ALL L1 sendiri tidak memiliki tingkat stadium. Di mana ALL L1, ALL L2, dan ALL L3 semua sama bahayanya, dan berisiko tinggi. Dengan kondisi usia yang sangat dini, Tahfiz mengetahui sendiri sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya. Mengapa ia sering ke dokter, dan mengapa harus menjalani kemoterapi? Hingga pada satu waktu, Tahfiz tersadar bahwa ia mengidap kanker darah ALL L1.
Selain semangat yang ditunjukkan Tahfiz, edukasi untuk orang tua sendiri memiliki peran penting dalam meningkatkan support pada si anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sangat shock ketika tau anak saya terkena kanker. Setelah saya mengikuti seminar dan workshop, saya lebih bisa mengendalikan mood anak saya. Kuncinya haya satu, biarkan dia bahagia, karena sudah terbukti, ketika HB (hemoglobin) anak saya rendah, dan saya ajak main ke mall, kondisinya jauh lebih membaik," ujar Iwan, ayah Tahfiz saat ditemui detikHealth di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan beberapa saat lalu.
"Anak-anak hebat," sambung Iwan.
Ketika dalam keadaan sedih, Tahfiz lah yang memberikan semangat pada orang tuanya. "Aku sayang mama," tutur Tahfiz.
Tahfiz, sebagai salah satu cancer survivor yang telah menjalani satu tahun kemoterapi, menjadi teladan bagi anak-anak lainnya, bahwa bahagia merupakan salah satu kunci kesembuhan.
Dengan kondisi yang seperti ini, Tahfiz mampu membuktikan pada dunia kebahagiaan yang ia miliki tidak terenggut sama sekali. Ia menjadi cerminan bahwa di usianya yang dini, semangatnya begitu menggebu melebihi orang tuanya.
Saksikan juga video 'Shakira Adalah Superhero, Cara Denada Yakinkan Anak Untuk Berobat':
(up/up)











































