Trauma Psikologis, Korban Gempa Lombok Bisa Alami Halusinasi

Trauma Psikologis, Korban Gempa Lombok Bisa Alami Halusinasi

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Senin, 20 Agu 2018 14:30 WIB
Trauma Psikologis, Korban Gempa Lombok Bisa Alami Halusinasi
Trauma psikologis memang rentan terjadi pada korban bencana alam seperti di Lombok. Gejala seperti halusinasi bisa saja terjadi pada korban gempa. Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Viral di media sosial postingan netizen yang tinggal di Lombok. Dalam postingan tersebut, ia mengaku mengalami halusinasi di mana tanah terasa bergoyang padahal tidak terjadi gempa.

Psikolog dari Personal Growth, Veronica Adesla, mengatakan trauma psikologis memang rentan terjadi pada korban bencana alam seperti di Lombok. Dalam pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5), disebutkan bahwa salah satu ciri trauma psikologis adalah merasakan kejadian yang membuat trauma.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tiba-tiba merasa seperti sedang terjadi gempa, di saat situasi kondisi berlangsung normal. Lantai terasa bergoyang, atau merasa mendengar suara orang berteriak," ujar Veronica saat dihubungi detikHealth.

"Kemudian tubuh bereaksi seperti saat dulu peristiwa tersebut terjadi, seperti: panik, berkeringat, jantung berdegup kencang, bergetar, berteriak, mematung, menutup muka, ataupun berlari," terang Veronica lagi.

Dijelaskan Veronica, hal ini merupakan ciri-ciri seseorang mengalami post traumatic stress disorder (PTSD). Jika tidak diperhatikan secara seksama, memang akan sulit membedakannya dengan rasa takut biasa yang muncul di daerah bencana.

Namun, ada beberapa tanda yang bisa diperhatikan oleh relawan atau tenaga kesehatan di daerah bencana. Salah satunya adalah korban sering berada dalam kondisi emosi negatif yang tidak sehat, seperti menangis, marah, dan takut secara terus-menerus.

Hanya saja Veronica mengingatkan bahwa untuk mendiagnosis seseorang mengalami trauma psikologis atau tidak, dibutuhkan pemeriksaan mendalam oleh seorang profesional, baik itu psikiater maupun psikolog.

"Diagnosa pasti hanya dapat ditegakkan oleh professional psikolog dan psikiater. Namun demikian, kita dapat membantu merekomendasikan saudara kita di Lombok yang mengalami gejala-gejala trauma untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut oleh psikolog ataupun psikiater," tutupnya.



(mrs/up)

Berita Terkait