Jakarta -
Mungkin kamu pernah mengalami pengalaman seperti digigit anjing, kera, atau kucing. Kamu enggak sendiri. Data dari Kemenkes sendiri menyebutkan sebanyak 75 orang Indonesia melapor digigit hewan di tahun 2017.
Tapi waspadailah, karena hewan yang disebutkan di atas adalah beberapa jenis hewan yang membawa penularan virus dari genus Lyssavirus penyebab rabies. Penyakit ini bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat hewan berdarah panas dan manusia.
"Yang tahu soal rabies itu enggak semua lho. Jadi ada orang anaknya lapor abis digigit anjing, lalu diam saja, cuma dibersihin. Itu pentingnya sosialisasi agar semua orang tahu soal itu (bahaya rabies)," kata dr Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Ditjen P2P Kemenkes dalam acara temu media dalam rangka 'Hari Rabies Sedunia 2018' di gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, kalau kamu punya pengalaman digigit anjing atau hewan lainnya, ada beberapa langkah yang harus kamu perhatikan. Berikut penjelasannya.
1. Cuci dengan sabun
Foto: Getty Images
|
Dalam diskusi, dr Jane menekankan bahwa perlu dilakukan langka pencucian luka. Gunakan air mengalir dan sabun selama 15 menit dengan menggunakan sabun. Sebab, virus rabies masuk melalui luka yang ada dalam tubuh termasuk luka gigitan, sariawan atau luka di dalam pencernaan sekalipun. Sabun apa? Semua sabun.
"Sabun ini pelarut lemak sekaligus disinfektan, bisa juga kalau diterjen itu penurun tegangan permukaan ya, jadi sabun efektif dan mudah. Kalau disuruh cuci dengan alkohol nanti orang sibuk dulu cari alkohol," jelas Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, PhD, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
2. Periksakan ke rumah sakit atau puskesmas
Foto: thinkstock
|
Setelah melakukan cuci luka dengan air mengalir dan sabun, jangan malah diam saja dan malas untuk bergerak ke rumah sakit. Apalagi, kita tidak tahu apakah hewan yang digigit itu membawa rabies atau tidak.
Menurut dr Jane, rabies adalah penyakit yang virusnya menyerang langsung ke otak. Sehingga, ketika gigitan semakin berada dekat di area kepala kita harus mewaspadai risiko yang parah bahkan bisa menimbulkan kematian. Jadi ancamannya tidak sembarangan.
3. Ikuti tata laksana dari petugas medis
Foto: Thinkstock
|
Karena tidak tahu orang yang digigit sudah punya antibodi atau belum maka pemberian serum adalah langkah yang biasanya akan dilakukan oleh tenaga kesehatan.
"Jadi tata laksana akan dinilai kalau kisanya berisiko tinggi, misal di daerah leher ini kena rabies atau anjing sehat sehingga kalau ada risiko tinggi akan disuntik serum di sekitar luka, kemudian di suntik vaksin," jelas dr Jane.
Akan tetapi tidak semua orang akan disuntik vaksin juga lho.
"Gigitan yang dilaporkan tahun 2017 di Indonesia itu hampir 75 ribu. Yang divaksin dari 75 ribu yang divaksin itu sekitar 50 ribu, jadi tidak semua harus divaksin. Ada hewan peliharaan yang sudah divaksin, dia baik, dia asal gigit saja. Jadi tidak semua divaksin," tandasnya.
Dalam diskusi, dr Jane menekankan bahwa perlu dilakukan langka pencucian luka. Gunakan air mengalir dan sabun selama 15 menit dengan menggunakan sabun. Sebab, virus rabies masuk melalui luka yang ada dalam tubuh termasuk luka gigitan, sariawan atau luka di dalam pencernaan sekalipun. Sabun apa? Semua sabun.
"Sabun ini pelarut lemak sekaligus disinfektan, bisa juga kalau diterjen itu penurun tegangan permukaan ya, jadi sabun efektif dan mudah. Kalau disuruh cuci dengan alkohol nanti orang sibuk dulu cari alkohol," jelas Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, PhD, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
Setelah melakukan cuci luka dengan air mengalir dan sabun, jangan malah diam saja dan malas untuk bergerak ke rumah sakit. Apalagi, kita tidak tahu apakah hewan yang digigit itu membawa rabies atau tidak.
Menurut dr Jane, rabies adalah penyakit yang virusnya menyerang langsung ke otak. Sehingga, ketika gigitan semakin berada dekat di area kepala kita harus mewaspadai risiko yang parah bahkan bisa menimbulkan kematian. Jadi ancamannya tidak sembarangan.
Karena tidak tahu orang yang digigit sudah punya antibodi atau belum maka pemberian serum adalah langkah yang biasanya akan dilakukan oleh tenaga kesehatan.
"Jadi tata laksana akan dinilai kalau kisanya berisiko tinggi, misal di daerah leher ini kena rabies atau anjing sehat sehingga kalau ada risiko tinggi akan disuntik serum di sekitar luka, kemudian di suntik vaksin," jelas dr Jane.
Akan tetapi tidak semua orang akan disuntik vaksin juga lho.
"Gigitan yang dilaporkan tahun 2017 di Indonesia itu hampir 75 ribu. Yang divaksin dari 75 ribu yang divaksin itu sekitar 50 ribu, jadi tidak semua harus divaksin. Ada hewan peliharaan yang sudah divaksin, dia baik, dia asal gigit saja. Jadi tidak semua divaksin," tandasnya.
(ask/up)